Erick Thohir Perketat Aturan Liga, Suporter Rusuh Akan Mengurangi Poin
Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia Erick Thohir berencana memperketat peraturan terkait suporter selama pertandingan liga PSSI. Hal tersebut merupakan respon dari kerusuhan yang dilakukan suporter Persib Bandung atau Bobotoh saat kontra Persikabo 1973, Sabtu (15/4).
Sebagai informasi, Persib tunduk pada Persikabo dengan skor akhir 1-4. Menyikapi hal tersebut, Bobotoh menyalakan flare dan turun ke lapangan utama Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Bandung, Jawa Barat.
Erick berencana untuk mengikat perilaku suporter kepada prestasi klub pada masa depan. Menurutnya, sebagian pemilik klub telah menyetujui rencana tersebut.
"Kalau ada problem lain seperti yang kemarin, kita kurangi poin saja. Supaya klub dan suporter punya tanggung jawab yang sama," kata Erick di Gedung GBK Arena, Rabu (19/4).
Hukuman Berat Bagi yang Atur Pertandingan
Selain itu, Erick mengusulkan hukuman untuk klub yang melakukan pengaturan pertandingan atau match fixing akan langsung didegradasi. Sementara itu, pihak-pihak terkait seperti wasit dan pemain dihukum seumur hidup.
Erick menyampaikan hukuman tersebut merupakan upaya adopsi peraturan Federazione Italiana Giuoco Calcio atau FIGC. Seperti diketahui, FIGC mengurangi poin Juventus FC sebanyak 15 poin sebagai sanksi karena melanggar pasal administrasi.
"Artinya apa? Bisa kita melakukan sesuatu yang berbeda atas atas kesepakatan dan beberapa klub bilang tertarik," ujar Erick.
Untuk diketahui, Federation Internationale de Football Association (FIFA), selaku induk organisasi sepak bola dunia, memiliki Stadium Safety and Security Regulations atau Aturan Keselamatan dan Keamanan di Stadion.
Di dalamnya, FIFA merinci langkah-langkah keselamatan dan keamanan minimum yang harus dimiliki penyelenggara pertandingan dan pengelola stadion, untuk memastikan keselamatan, keamanan, dan ketertiban di stadion. Hal ini termasuk mengatur kode etik di stadion dalam menangani pertandingan dengan risiko tinggi, seperti Arema FC melawan Persebaya ini.
Pada poin kedua Pasal 62 aturan ini, FIFA menekankan beberapa langkah yang harus diterapkan saat pertandingan dengan klasifikasi risiko tinggi:
- Pemisahan penggemar dilakukan dengan mengalokasikan sektor yang tidak tertera pada tiket pertandingan (pemisahan paksa).
- Menciptakan dan melowongkan sektor stadion kosong antara kelompok suporter "berbahaya".
- Meningkatkan jumlah steward dan/atau petugas polisi, khususnya pada pintu-pintu masuk dan keluar penonton, di sekitar lapangan, dan antar kelompok suporter tandingan.
- Menugaskan steward ke klub tamu untuk menemani suporter dari bandara, stasiun kereta api, pelabuhan atau stasiun bus hingga kembali lagi. Jika perlu, pengawalan polisi mungkin juga diperlukan.
- Menempatkan penyiar stadion dari klub tamu.
- Menjaga penonton di stadion pada akhir pertandingan hingga ketertiban dapat dipastikan di luar stadion.
Kasus kematian suporter sepak bola di Indonesia terus muncul dalam beberapa tahun terakhir. Menurut lembaga penelitian Save Our Soccer, setidaknya sudah ada 78 suporter bola Indonesia yang tewas sejak Januari 1995 sampai Juni 2022.
Mayoritas suporter yang tewas adalah pendukung klub sepak bola asal Surabaya, yakni Persebaya, dengan jumlah total 17 orang. Kemudian suporter Arema dan Persija yang tewas masing-masing sebanyak 9 orang.
Namun demikian, data tersebut belum menyertakan tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 orang di Malang pada 1 Oktober 2022.