Zona Megathrust Mentawai, Acap Memicu Gempa Bumi dan Tsunami

123rf/svitden
Ilustrasi. Gempa bumi dengan kekuatan M 6,9 di Mentawai-Siberut disertai dengan peringatan dini tsunami terjadi pada Selasa (25/4). BMKG mengakhiri peringatan itu pukul 05.17 WIB.
Penulis: Andrea Lidwina
Editor: Dini Pramita
25/4/2023, 16.02 WIB

Rentetan gempa bumi mengguncang Kepulauan Mentawai di Sumatra Barat pada Selasa (25/4) dini hari. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun sempat mengeluarkan peringatan dini potensi tsunami, tetapi peringatan tersebut diakhiri pagi tadi.

Sebelumnya pada Minggu (23/4), gempa mengguncang wilayah itu pada pukul 04.17 dini hari dengan kekuatan magnitudo 6,1. Berbeda dengan gempa yang terjadi pada Selasa dini hari, gempa pada Minggu dini hari tak berpotensi tsunami.

Gempa juga mengguncang Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara, pada Minggu (23/4) pukul 00.09 dini hari dengan magnitudo 5,9. Disusul gempa dengan magnitudo 5,5 pukul 06.33 di hari yang sama.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan gempa yang terjadi pada Selasa dini hari merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia. “Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault),” kata Daryono, seperti dikutip dari akun Twitter pribadinya.

Lempeng Indo-Australia merupakan pertemuan antarlempeng samudera, yang lantas membentuk zona megathrust. Zona ini mengakumulasi energi selama puluhan hingga ratusan tahun dan akan mencapai titik jenuhnya.

Jika energi yang tersimpan di dalamnya lepas, akan mengakibatkan gerak sesar naik dan getaran sangat kuat, atau disebut gempa megathrust. Gempa ini juga bisa menyebabkan gerakan vertikal besar di dasar laut dan memindahkan air menjauhi bawah laut yang dapat menimbulkan tsunami.

Pada kejadian gempa Selasa dini hari, Daryono mengatakan BMKG mengamati adanya tsunami kecil dengan ketinggian 11 cm.

Halaman:
Reporter: Andrea Lidwina