Survei nasional terbaru Katadata Insight Center (KIC) menunjukkan anak muda cenderung memperhatikan kinerja rekam jejak dan visi-misi serta program dalam memilih capres dan cawapres. Selain itu, anak muda cenderung memilih capres yang tidak berlatar belakang kader partai.
Survei dilakukan pada 1.005 orang berusia 17 hingga 42 tahun dengan menggunakan platform data collection tSurvey yang memanfaatkan kapabilitas telco data insight. Survei yang dilakukan pada 11 hingga 17 Oktober 2023 ini memiliki toleransi kesalahan 3,1% pada tingkat kepercayaan 95%.
Dari hasil survei, sebanyak 48,2% responden lebih memilih tokoh yang bukan kader partai politik. Sebanyak 23,8% memilih capres yang merupakan kader partai, sedangkan 23,5% memilih menyukai capres yang merupakan ketua partai.
“Meski capres-cawapres dicalonkan oleh partai politik, sebagian besar responden lebih menyukai tokoh yang bukan kader partai,” kata Manajer Survei Katadata Insight Center Satria Triputra Wisnumurti di Jakarta, Selasa (14/11).
Dalam memilih capres dan cawapres, sebanyak 35,5%) responden memperhatikan jejak rekam, diikuti visi-misi (29,8%), dan kompetensi (12,4%). Latar belakang sebelum menjadi politisi juga menjadi perhatian responden. Sebanyak 25% responden menyukai kandidat yang berasal dari dunia akademik, lalu militer (20,8%), dan aktivis (14,5%).
Sedangkan posisi atau pengalaman yang paling disukai dari para capres adalah pernah menjabat gubernur (39,6%), menteri (23,1%), dan bupati/wali kota (12,3%).
Menurut responden, sosok calon pemimpin yang dianggap merepresentasikan anak muda adalah yang menyuarakan kepentingan anak muda (63,7%), cara berkampanye mencerminkan anak muda (44,9%), dan berasal dari partai politik yang memilih kader/pengurus berusia muda (27,3%).
Adapun kualitas diri cawapres yang dianggap merepresentasikan anak muda adalah inovatif (69,6%), jujur (69,3%), dan kreatif (66,7%). Orang muda yang terdiri dari gen z dan milenial punya perbedaan pendapat di sisi kriteria ini.
Menurut gen z, kualitas jujur menjadi pertimbangan utama memilih calon pemimpin. Sementara milenial mengutamakan capres yang inovatif.
Dari hasil survei tersebut tersebut, Satria berharap suara orang muda mampu ditampung partai politik dan pasangan capres-cawapres. Jumlah orang muda sendiri mencapai 113 juta atau sekitar 57% dari total daftar pemilih tetap, sehingga menurutnya bisa menjadi penentu kemenangan.