Calon presiden nomor urut satu Anies Baswedan mencurigai tertentu dibalik keinginan Gerindra agar Pemilihan Presiden berlangsung satu putaran. Menurut Anies, ada kemungkinan isu ini dilempar untuk merekayasa Pemilu.
“Jangan-jangan ini indikasi mau ada rekayasa. Jangan sampai, biarkan saja rakyat yang menentukan,” kata Anies dalam acara Desak Anies di Ambon, Senin (15/1).
Mantan gubernur Jakarta ini menekankan, keputusan Pilpres satu putaran atau dua putaran berada pada rakyat, bukan selera elit politik. Anies mengkhawatirkan kemungkinan adanya rekayasa jika elit yang memutuskan.
"Biarkan rakyat yang berkuasa, bukan kita yang memiliki kuasa untuk menentukan,” ujarnya.
Sebelumnya Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani meminta kadernya memenangkan paslon nomor urut dua, Prabowo-Gibran dalam satu putaran. Muzani bilang, hal ini harus dicapai untuk menghindari keterbelahan di masyarakat.
“Tanda-tanda bahwa ada upaya untuk membelah masyarakat seperti 2019 yang dikeluhkan banyak pihak dan itu menjadi catatan demokrasi dari semua pihak," kata Muzani dalam keterangannya, Sabtu (13/1).
Kemudian ia meminta setiap kader, relawan, dan saksi, sungguh-sungguh memenangkan Prabowo-Gibran di TPS. Kata Muzani, upaya membelah masyarakat dengan cara kasar sudah mulai dirasakan, terutama di media sosial.
Sedangkan Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan keputusan Pilpres satu atau dua putaran tak berada di tangan Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran.
"Namanya cita-cita boleh saja, yang penting jangan sampai ada intimidasi," kata Hasto di Jakarta, Minggu (4/1) dikutip dari Antara.