Prabowo - Mega Dikabarkan Bertemu Sebelum Pelantikan Presiden, Sinyal Koalisi?

ANTARA FOTO/PUSPA PERWITASARI
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kanan) berpamitan kepada Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (tengah) usai menggelar pertemuan tertutup di Jakarta, Rabu (24/7/2019).
27/9/2024, 16.33 WIB

Wacana pertemuan antara Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dan Presiden Terpilih Prabowo Subianto kian mendapatkan atensi publik. Para pakar politik beranggapan bahwa penentuan waktu tatap muka di antara keduanya dapat menjadi sinyal terbentuknya aliansi politik Prabowo-Mega.

Sejumlah petinggi Partai Gerindra memberi sinyal pertemuan akan digelar sebelum pergantian pemerintahan. Prabowo akan dilantik menjadi Presiden RI ke-8 pada 20 Oktober 2024. Ketua Harian DPP Gerindra Sufmi Dasco Ahmad bahkan mengatakan makanan yang disajikan untuk pertemuan sudah ditentukan. 

Sinyal yang sama juga sempat diungkap Ketua DPP PDIP Puan Maharani yang juga merupakan putri Megawati. Bahkan Puan mengatakan pertemuan dirancang akan digelar di tempat yang asyik.  Puan pun mengatakan partainya mempersilakan bila ada kader PDIP yang akan digandeng Prabowo masuk dalam kabinet. 

Pakar Politik Universitas Al Azhar Ujang Komarudin berpendapat bahwa pertemuan antara Prabowo dan Megawati sebelum pelantikan presiden pada 20 Oktober memiliki nilai strategis yang lebih besar dibandingkan jika terjadi setelah pelantikan. Menurut Ujang pertemuan sebelum pelantikan bisa menjadi penentu apakah PDIP akan bergabung dalam koalisi pemerintahan Prabowo. Pertemuan itu juga sekaligus berpengaruh terhadap penyusunan kabinet.

"Pertemuan sebelum pelantikan ini jadi tonggak penting. Punya nilai dan makna besar dibandingkan setelah pelantikan, karena dapat menentukan arah PDIP untuk masuk koalisi atau tidak," kata Ujang melalui pesan suara WhatsApp pada Jumat (27/9).

Sebaliknya, jika pertemuan baru terjadi setelah pelantikan, tatap muka Prabowo-Mega dianggap tidak punya makna signifikan. Pertemuan setelah pelantikan menurut Uang tidak bisa dilihat sebagai kode kuat PDIP bergabung ke koalisi Prabowo dan menjadi oposisi. 

"Jadi berbeda, pertemuan yang dilakukan setelah pelantikan dianggap sudah tidak menarik lagi. Itu menandakan PDIP tidak masuk pemerintahan, tidak masuk kabinet," ujar Ujang.

Di samping persoalan waktu pertemuan, menguatnya isu tatap muka Prabowo-Mega juga bisa dilihat sebagai upaya Prabowo mengamankan pemerintahan. Pertemuan itu menurut Ujang sebagai bentuk kepentingan Prabowo untuk merangkul PDIP guna memperkuat posisinya di kabinet maupun parlemen nantinya.

Sejauh ini baik PDIP maupun Gerindra belum menyampaikan termin pasti ihwal pelaksanaan pertemuan Prabowo-Mega. Mereka hanya menyebut terus berupaya untuk mempertemukan Prabowo-Mega sebelum pelantikan.

Dampak Psikologis kepada Jokowi

Di sisi lain, Ujang berpendapat pertemuan Prabowo-Mega nantinya bisa memberikan dampak psikologis terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ini karena hubungan Jokowi dengan Megawati cenderung tidak akur sejak pemilihan presiden (Pilpres) 2024.

"Secara psikologis kalau pertemuan Prabowo-Megawati terjadi, yang tidak enak hanya Jokowi saja. Karena memang hubungannya tidak baik dengan Megawati," kata Ujang.

Sementara itu Direktur Eksekutif Aljabar Strategic Indonesia, Arifki Chaniago, beranggapan adanya isu tentang rencana agenda pertemuan Prabowo dan Megawati merupakan indikasi PDIP bakal bergabung dengan pemerintahan Prabowo-Gibran. Arifki menilai masuknya PDIP ke pemerintahan Prabowo bakal menambah kekuatan politik pemerintah, terutama dalam politik parlemen.

Menurut Arifki, posisi PDIP sebagai pemenang pemilihan legislatif (Pileg) punya kekuatan dominan untuk menjadi oposisi kritis terhadap Prabowo nantinya. "PDIP pernah teruji sebagai oposisi yang kritis di era pemerintahan SBY. Tak menutup kemungkinan hal itu terjadi lagi di era Praboowo, jika PDI-P memilih sikap sebagai oposisi total," kata Arifki melalui keterangan tertulis pada Jumat (27/9).

Dia menambahkan, PDIP juga melihat potensi memperoleh dukungan suara rakyat apabila memilih untuk menjadi partai oposisi. Dukungan terutama suara dari pemilihnya yang kalah di Pilpres saat mendukung Ganjar Pranowo.

Arifki berpendapat pertemuan Prabowo-Megawati cenderung dapat terlaksana. Ini karena kedua tidak memiliki masalah pribadi. Selain itu, dua tokoh ketua partai politik ini pernah punya histori duet Mega-Pro di Pilpres 2009.

Sejarah dua tokoh ini bakal memperkuat alasan PDIP bergabung dengan pemerintahan Prabowo. “Terkadang kita harus tahu bahwa Megawati punya cara sendiri dalam menentukan sikap politiknya. Itu terlihat di Pilkada 2024. Pilihan politiknya tidak hanya mengetjukan lawan politik, tetapi juga kader-kader PDIP sendiri," ujar Arifki.

Pertemuan Prabowo - Mega Tunggu Kecocokan Waktu

Ihwal waktu pertemuan Megawati - Prabowo, Puan menyampaikan belum ada jadwal pasti terkait pertemuan Megawati dan Prabowo. Kendala utama adalah menyesuaikan waktu yang cocok antar dua sosok politisi tersebut.

Meski belum ada kepastian terkait jadwal pertemuan antara Mega dan Prabowo. PDIP berharap pertemuan keduanya bisa terjadi sebelum pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih pada 20 Oktober mendatang. "Jadi tunggu saja. Mudah-mudahan segera bisa dilakukan sebelum pelantikan. Update-nya baru sebatas itu," ujarnya.

Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani juga telah menyampaikan bahwa rencana pertemuan antara Prabowo dan Megawati sudah disusun. "Insya Allah akan terjadi," kata Muzani di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta pada Senin (9/9).

Muzani mengatakan hal tersebut seusai MPR bertemu dengan Megawati menyangkut pencabutan TAP XXXIII/MPRS/1967. Ia mengatakan [pertemuan antara dua Ketua Umum partai itu akan terlaksana dalam waktu dekat. "Pokoknya insyaallah akan terjadi sebelum pelantikan," ujar Muzani.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu