Banjir Bandang di Aceh, Gajah Ditemukan Mati Terbenam di Antara Tumpukan Kayu
Seekor gajah Sumatera ditemukan tewas akibat banjir di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh. Satwa ini itu berada di daerah terisolasi akibat banjir bandang luapan Sungai Meureudu yang hanya bisa diakses dengan berjalan kaki sekitar dua jam.
Gajah tersebut terbenam di dalam tumpukan kayu hutan dan lumpur yang terbawa banjir. Setengah badan gajah terkubur dengan kepalanya mengarah ke bawah.
"Di desa ini tidak ada gajah, warga belum pernah lihat gajah karena biasanya gajah ada di hutan. Baru sekarang ini kami lihat gajah mati karena banjir," kata Muhammad Yunus, warga Desa Meunasah Lhok.
Ia mengatakan, warga tidak bisa memindahkan bangkai gajah itu karena kondisi medan yang sulit dan tidak ada peralatan memadai. Menurut dia, gajah itu kemungkinan terseret banjir dari hutan di bagian hulu sungai.
"Kami juga kaget ada banyak kayu hutan terbawa sampai ke sini. Saya tidak pernah lihat kayu-kayu sebesar ini," katanya.
Wakil Bupati Pidie Jaya Hasan Basri mengaku sudah mendapat informasi penemuan bangkai gajah ditumpukan kayu hutan yang terbawa banjir bandang. Namun, ia belum bisa memastikan apakah banjir bandang terjadi akibat kerusakan hutan di daerah hulu.
Ia mengakui banyak kayu dari hutan yang hanyut terseret banjir sehingga menimbulkan kerusakan parah terhadap rumah warga, fasilitas umum, sekolah, dan rumah ibadah di Pidie Jaya.
"Sampai hari ini saya belum tahu kondisi di gunung bagaimana. Apakah kayu-kayu ini akibat penebangan atau apa, kami belum tahu. Insyaallah setelah ini kita akan cek kondisi hutan," katanya.
Hingga Sabtu ini, bangkai gajah masih terjepit di dalam material sisa banjir dan berbau busuk.
Berdasarkan data BPBD Pidie Jaya hingga Jumat (28/11), tercatat jumlah warga terdampak bencana hidrometerologi mencapai 90.000 jiwa dan jumlah pengungsi sekitar 12.000 jiwa. Korban jiwa akibat bencana di Pidie Jaya sementara ini mencapai 10 orang, sedangkan empat orang masih hilang, dan 101 luka-luka.