Sejumlah desa di Jawa Tengah berpotensi mengalami kekeringan pada tahun ini. Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santoso mengatakan, produksi padi pada tahun ini bisa lebih rendah dari tahun lalu jika kekeringan pada Agustus nanti tidak diantisipasi oleh pemerintah.
Panen pada Agustus 2019 diproyeksi dapat mendongkrak hasil panen sepanjang 2019 biarpun jumlahnya tidak sebanyak musim panen April 2019. Sebab, kualitas gabah pada panen Agustus lebih baik dibandingkan musim panen pada April 2019. Pada musim panen April 2019, banyak gabah tersimpan di petani dan mengalami kerusakan tinggi karena harga gabah jatuh.
(Baca: Andai Harga Gabah Indonesia Seperti di Jepang, Petani Sejahtera)
Selain itu, ada kenaikan lahan panen pada Agustus tahun ini dibandingkan tahun lalu. Luas lahan panen pada Agustus 2018 lalu hanya mencapai 1 juta hektar, sedangkan luas lahan panen Agustus 2018 bisa mencapai 1,4 juta hektar.
"Makanya kalau panen di Agustus terganggu, ada potensi penurunan produksi padi di 2019 dibandingkan tahun lalu," kata dia kepada katadata.co.id, Jumat (21/6).
Andreas pun berharap pemangku kepentingan bisa mengatasi kekeringan di Agustus 2019 mendatang. Caranya dengan memaksimalkan pasokan air di Juli 2019. Sehingga panen pada Agustus dapat terjaga, terutama di sentra produksi padi yang ada di Jawa, Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan.
Dengan begitu, jumlah produksi beras sepanjang tahun ini tidak akan turun dibandingkan tahun lalu. Pada tahun lalu, Badan Pusat Statistik merilis total produksi beras dari Januari-Desember 2018 diperkirakan mencapai 32,42 juta ton.
(Baca: Tumpangsari, Produksi Meningkat, Persaingan Lahan pun Bisa Dicegah)