Kementerian Pertanian menyebut sektor peternakan telah berkontribusi cukup besar terhadap pembangunan, khususnya di wilayah pedesaan. Alasannya, subsektor peternakan mampu menyumbang sekitar 15,87% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional pada 2017.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita menyatakan capaian kinerja peternakan saat ini merupakan buah kerja sama antara pelaku usaha peternakan dan pemerintah.
Pertumbuhan PDB subsektor peternakan pada 2017 menunjukkan tren positif sebesar 3,83% . Sedangkan data Badan Pusat Statistik (BPS) juga menunjukan, per Agustus 2017 terdapat 3,84 juta tenaga kerja yang terserap di subsektor peternakan.
(Baca : Kementan Dorong Peningkatan Populasi Sapi dengan Inseminasi Buatan)
Ketut mengungkapkan permintaan masyarakat terhadap protein hewani terus meningkat sejalan dengan kenaikan PDB per kapita. Dia juga menilai Indonesia sedang menuju fase swasembada protein hewani.
Selain diklaim telah mampu memproduksi sendiri, beberapa komoditas peternakan bahkan tercatat telah berhasil menembus pasar ekspor, seperti obat hewan, daging sapi premium, wagyu beef, pakan ternak, telur tetas, ayam usia sehari (day old chicks /DOC), daging ayam olahan.
“Indonesia sudah ekspor ternak domba potong ke Malaysia dan dalam waktu dekat juga akan ekspor unggas lokal ke Malaysia,” ujar Ketut kata Ketut di Jakarta, Rabu (4/7)..
Menurutnya, Indonesia bertekad menjadi bagian dari produsen ternak dunia dengan target utamanya menjadi lumbung pangan dunia. Untuk mencapai target tersebut, pemerintah terus berupaya untuk menggenjot produksi dan kualitas kesehatan ternak lokal agar mampu menembus pasar ekspor. Karena, faktor kesehatan hewan kerap menjadi syarat utama negara pengimpor.
(Baca : Kemendag Terbitkan Izin Impor 36 Ribu Ton Daging Sapi)
Di sisi lain, beberapa pasar ekspor untuk komoditas ternak dikatakan Ketut masih sangat potensual untuk dijajaki, terutama untuk negara-negara kawasan Timur Tengah dan Asia.
"Syarat halal ternak yang dimilik Indonesia menjadi salah satu keunggulan dan daya tarik ekspor produk peternakan kita ke negara muslim,” kata Ketut.
Data BPS mencatat, ekspor komoditas subsektor peternakan 2017 mengalami peningkatan sebesar 14,85% dibandingkan tahun 2016 dengan nilai ekspor US$ 623,9 juta atau Rp 8,5 triliun pada 2017.
Kontribusi volume ekspor subsektor peternakan pada kelompok hasil ternak pada tahun lalu juga mencapai 64,07%, dengan negara tujuan ekspor terbanyak adalah Hongkong 23,10% dan Tiongkok mencapau 21,96%. Saat ini produk peternakan Indonesia sudah mampu menembus lebih dari 110 negara.