Kementerian Pertanian (Kementan) bekerja sama dengan PT Eagle Indo Pharma atau pemegang merek dagang Cap Lang, untuk memproduksi minyak eucalyptus. Bahan baku tanaman ini diklim mampu bisa menjadi antivirus mencegah penularan virus corona.
Berdasarkan riset, tanaman eucalyptus efektif menjadi antivirus lantaran memiliki kandungan senyawa aktif 1,8-cineole atau eucalyptol.
Kepala Badan Litbang Pertanian Kementan, Fadjry Djufry mengatakan saat ini pengembangan produk tersebut tengah memasuki tahap uji efektivitas produk melalui Badan Pengawas Obat dan Makan (BPOM). Setelah tahapan itu rampung dan mendapat nomor registrasi BPOM, produksi massal dan distribusi akan segera dilakukan.
(Baca: WHO: Ada 7-8 Calon Kuat Vaksin Corona yang Sedang Dikembangkan)
"Ini obat oles biasa sehingga tidak terlalu memberi kewajiban uji klinis jadi yang dilakukan efektivitas produk, tapi kami akan lakukan itu karena memang setelah lolos uji akan diproduksi massal," kata Fadjry saat menggelar konferensi pers virtual, Senin (18/5).
Kendati demikian, Fadjry belum mengungkapkan mengenai target atau rencana produksi obat tersebut lantaran masih mengkaji permintaan pasar saat ini. Namun, ia menegaskan dalam waktu dekat produksi dapat segera terealisasi.
Beberapa prototipe teknologi berbasis minyak eucalyptus sebagai antivirus yang dihasilkan yakni, Formula Aromatik Antivirus Berbasis Minyak Eucalyptus dengan nomor pendaftaran paten P00202003578 dan Ramuan Inhaler Antivirus Berbasis Eucalyptus dan Proses Pembuatannya dengan nomor pendaftaran paten P00202003574.
Selain itu, ada juga ramuan serbuk nanoenkapsulat antivirus berbasis eucalyptus dengan nomor pendaftaran paten P00202003580 dan Minyak atsiri eucalyptus citridora sebagai antivirus terhadap virus avian influenza subtipe H5N1, gammacorona virus, dan betacoronavirus.
"Mitra kerja sama mempunyai kewajiban untuk memproduksi teknologi dengan supervisi dari Balitbangtan. Kompensasi dari kegiatan komersialisasi tersebut, Balitbangtan nantinya akan mendapatkan imbalan royalti atas penjualan produk atau teknologi yang dikembangkan," kata dia.
Sementara itu, Chief Executive Officer PT Eagle Indo Pharma Susanti Halim mengatakan ketertarikannya mengembangkan produk tersebut dimulai sejak tahun 2002 saat wabah virus flu burung atau SARS merebak di dunia. Saat itu, Cap Lang memproduksi eucalyptus desinfektan spray dan mendapatkan hasil yang memuaskan dalam mengurangi risiko penularan.
"Dalam pengembangan kami akan mengarah ke sana dan uji-uji yang dilakukan sudah dari awalnya kami percaya produk ini bisa membantu penggulangan Covid-19," kata dia.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo telah menjelaskan hasil pengujian eucalyptus terhadap virus influenza, virus Beta dan gamma corona, menunjukkan kemampuan membunuh virus sebesar 80-100%.
(Baca: Eijkman Petakan Tiga Genom untuk Pelajari Vaksin dan Penyebaran Corona)
Eucalyptus selama ini dikenal mampu bekerja melegakan saluran pernapasan, kemudian menghilangkan lendir, pengusir serangga, disinfektan luka, penghilang nyeri, mengurangi mual, dan mencegah penyakit mulut.
Dalam berbagai studi dikatakan, obat ini hanya cukup 5-15 menit diinhalasi akan efektif bekerja sampai ke alveolus. Artinya dengan konsentrasi 1 persen saja sudah cukup membunuh virus 80-100%.
Bahan aktif utamanya, terdapat pada cineol-1,8 yang memiliki manfaat sebagai antimikroba dan antivirus melalui mekanisme M pro. M pro adalah main protease (3CLPro) dari virus corona yang menjadi target potensial dalam penghambatan replikasi virus corona.
Penelitian menunjukkan Eucalyptol ini berpotensi mengikat protein Mpro sehingga menghambat replikasi virus. Manfaat tersebut dapat terjadi karena 1,8 cineol dari eucalyptus disebut eucalyptol dapat berinteraksi dengan transient receptor potential ion chanel yang terletak di saluran pernapasan.