Pasang Wifi di Pesawat, Citilink Targetkan 18 Juta Penumpang

Arief Kamaludin | Katadata
Penulis: Michael Reily
20/12/2018, 16.13 WIB

Citilink Indonesia menargetkan pertumbuhan penumpang pesawat hingga 18 juta orang pada 2019. Angka ini menunjukkan pertumbuhan 20% dibandingkan jumlah penumpang yang dicatatkan Citilink hingga awal Desember 2018 sebanyak 15 juta orang.

Direktur Utama Citilink Juliandra Nurtjahjo menjelaskan, strategi utama perusahaan adalah menggaet generasi milenial atau penumpang berusia 25-39 tahun. "Mayoritas pebisnis dan pelancong bisa membuat pertumbuhan penumpang lebih dari 10%," kata Juliandra, di Jakarta, Kamis (20/12).

Pemasangan wireless fidelity (wi-fi) atau jaringan internet nirkabel akan memuaskan pengalaman penumpang saat terbang menggunakan pesawat Citilink. Alhasil, pelayanan itu bisa membuat pelanggan lama semakin betah dan mampu memancing pelanggan baru.

Meski demikian, Juliandra memastikan layanan teknologi tidak akan mengubah ciri khas Citilink yang mengedepankan pengalaman budaya lokal. "Kami mengikuti perkembangan teknologi tetapi tidak akan melupakan keanekaragaman industri di Indonesia," ujar Juliandra.

Tahun depan, Citilink bakal menambah frekuensi penerbangan domestik, tetapi tak mengelaborasi rute baru yang akan dibuka. Juliandra menyebutkan maskapainya hanya akan menambah 3 pesawat baru.

Dia melanjutkan, Citilink akan membuka rute internasional ke Kuala Lumpur, Malaysia, dan Singapura yang target keterisiannya (load factor) sebesar 71%. Tahun ini, penerbangan ke Penang, Malaysia sudah dibuka dengan tingkat keterisian mencapai 80%.

(Baca: Penerbangan Domestik Garuda dan Citilink akan Sediakan Wifi Gratis)

Kerja Sama Operasi

Selain penggunaan teknologi, Citilink juga akan memperlebar sayap penerbangannya melalui kerja sama operasi (KSO) dengan Sriwijaya Air. Namun, Juliandra tak mau berkomentar banyak tentang perkembangan kerja sama itu.

Dia hanya menjelaskan, kolaborasi itu sudah mendapatkan sertifikat dari Federal Aviation Administration (FAA) dan European Aviation Safety Agency (EASA). "Banyak peluang yang kita manfaatkan, ada Sriwijaya, dan lainnya," kata Juliandra.

Pada 14 November lalu, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) melalui Citilink Indonesia mengambil alih pengelolaan operasional Sriwijaya Air dan Nam Air. Langkah itu dilakukan dengan mekanisme Kerja Sama Operasi atau KSO.

Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Askhara mengatakan, langkah ini dilakukan untuk membantu kinerja keuangan dan operasional Sriwijaya Air Group. Dengan model ini, operasional dan finansial Sriwijaya akan berada di bawah pengelolaan KSO. Bahkan, terbuka pula kemungkinan KSO dapat berlanjut ke peralihan saham ke Garuda.

"Termasuk membantu Sriwijaya Air dalam memenuhi komitmen dan kewajiban mereka terhadap pihak ketiga, di antaranya Garuda Indonesia Group," kata Ari dalam keterangan resmi Garuda, Rabu (14/11). Dengan KSO ini, Garuda dan Sriwijaya dapat mengelola pangsa pasar penumpang angkutan udara hingga 51%.

(Baca: Garuda Indonesia Kembali Layani Penerbangan Rute Jakarta-London)

Reporter: Michael Reily