Bakal calon presiden Anies Baswedan menyinggung water justice atau keadilan air dalam sebuah pidato. Anies mengatakan, akses masyarakat terhadap sumber air minum dari pipa masih rendah. Negara seharusnya dapat menyediakan hal tersebut untuk rakyatnya.
Kontroversi
Potongan pidato Anies tersebut diunggah sosiolog Nanyang Technological University Singapura, Sulfikar Amir. Lewat akun pribadinya @sociotalker, Sulfikar menyebut persoalan keadilan air ini menjadi isu paling penting dalam pidato Anies.
“Fakta bahwa 38% warga NKRI tergantung air kemasan itu menyedihkan. Dan ini gak lepas dari politik ekonomi air yang nilai bisnisnya triliunan rupiah,” cuit Sulfikar, Minggu, 4 Juni 2023.
Dalam potongan video yang dia unggah, Anies menyoroti banyaknya penduduk Indonesia yang menggunakan air dalam kemasan sebagai sumber air minum. Dia mengutip data Susenas 2019 yang menyebut 38% penduduk Indonesia mengonsumsi air dalam kemasan.
“Kalau itu pilihan tidak apa-apa, tapi kalau keterpaksaan maka negara harus hadir,” kata Anies.
Masih rendahnya sumber air minum dari pipa turut dibicarakan Anies. Menurutnya, pemerintah seharusnya perlu menyediakan infrastruktur agar air dapat lebih diakses masyarakat.
Faktanya
Nilai bisnis air minum dalam kemasan (AMDK) di Indonesia memang besar seperti cuitan Sulfikar. Menurut data riset pasar Statista, pendapatan yang didapat dari penjualan AMDK Indonesia mencapai US$10,24 miliar atau sekitar Rp152 triliun pada 2022.
Statista juga memprediksi angka penjualan ini masih terus bertumbuh dalam lima tahun ke depan. Pada 2027, nilai penjualan AMDK diperkirakan tumbuh 26,5% menjadi US$12,95 miliar.
Besarnya nilai penjualan ini membuat Indonesia menjadi pasar AMDK terbesar kelima di dunia. Amerika Serikat adalah negara dengan nilai penjualan terbesar, yakni US$83,02 miliar. Cina di peringkat kedua, Jerman ketiga, dan Meksiko keempat.
Nilai penjualan AMDK Indonesia juga lebih besar dari India yang jumlah penduduknya lebih besar. Nilai penjualan di India hanya sebesar US$5,55 miliar, sekitar setengah dari nilai penjualan di Indonesia.
Dominasi industri AMDK juga terlihat dari konsumsi air minum kebanyakan orang Indonesia. Berdasarkan data Susenas 2022, sebanyak 39,52% orang Indonesia minum air dari AMDK atau air isi ulang. Persentase ini meningkat dari 38% menurut data Susenas 2019 yang dikutip Anies.
Penggunaan AMDK sebagai sumber air minum jauh lebih tinggi dibandingkan dengan air leding atau perpipaan. Data Susenas 2022 menunjukkan hanya 9,2% masyarakat yang menggunakan air leding sebagai sumber air minum. Ini bahkan lebih rendah dari data Susenas 2019 yang dikutip Anies.
Ada dua alasan mengapa penggunaan air leding sebagai sumber air minum lebih rendah dibandingkan dengan AMDK. Pertama, masih rendahnya akses air perpipaan di Indonesia. Kedua, kualitas air pipa di Indonesia yang masih berstatus layak minum, bukan aman diminum.
Data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menunjukkan akses air perpipaan masih di angka 20,69% di Indonesia. Ini berarti hampir 80% masyarakat masih belum memiliki akses air perpipaan.
Akses air perpipaan di Indonesia bahkan lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara berkembang Asia lainnya seperti Kamboja, Bangladesh, Bhutan, Pakistan, Mongolia dan lain-lain.
Indonesia menargetkan akses air perpipaan dapat mencapai 30% dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 – 2024. Untuk memenuhi target tersebut, pemerintah butuh investasi senilai Rp123,4 triliun.
Awalnya, indikasi pendanaan untuk program ini mayoritas berasal dari APBN sebesar 63%. Namun, porsi APBN menyusut menjadi 17% hingga dibutuhkan lebih banyak sumber investasi lainnya seperti swasta dan BUMN.
Masalah kedua adalah kualitas air minum Indonesia yang baru berstatus layak, belum berstatus aman diminum. Air berstatus aman jika kontaminasi E.coli di bawah batas aman.
Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga (SKAMRT) Kementerian Kesehatan pada 2020 menunjukkan 74,1% masyarakat mengakses air minum tidak aman. Jumlah masyarakat perkotaan yang mengakses air minum tidak aman lebih besar dibandingkan dengan masyarakat perdesaan.
Secara wilayah, masyarakat Papua memiliki akses terbesar untuk air minum aman. Sementara, hanya 24,2% masyarakat Jawa dan Bali yang mendapat akses air minum aman.
Referensi
Statista. Bottled Water - Indonesia. (Akses 7 Juni 2023)
BPS. 2023. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2023. (Akses 7 Juni 2023)
PUPR Pembiayaan. 3 November 2022. “DJPI | SPAM Terintegrasi Hulu-Hilir (Source to Tap) untuk Mencapai Target 10juta Sambungan Rumah (SR)”. Youtube. (Akses 9 Juni 2023)
Katadata Indonesia. 1 April 2021. “Diseminasi Hasil Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga Tahun 2020”. Youtube. (Akses 7 Juni 2023)
Irianto, Joko. 2021. Laporan Akhir Penelitian: Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga di Indonesia. Kementerian Kesehatan. (Akses 12 Juni 2023)
---------------
Jika Anda memiliki pertanyaan atau informasi yang ingin kami periksa datanya, sampaikan melalui email: cekdata@katadata.co.id.