Influencer memengaruhi tren belanja generasi Z atau gen Z, menurut riset terpisah Nielsen dan Populix. Mereka dinilai bisa menjadi sarana untuk menjual produk.
Gen Z adalah istilah untuk masyarakat berusia 18 - 25 tahun. Sementara itu, milenial atau Gen Y berusia 26 - 35 tahun, Gen X 36 - 45 tahun, dan baby boomer 46 - 55 tahun.
Direktur NielsenIQ Indonesia Rusdy Sumantri menyebutkan, penetrasi internet 98% dari total populasi gen Z. Segmen ini pun mendominasi penggunaan internet di Tanah Air yakni 44%, disusul oleh gen Y 35% dan gen X 21%.
Sebanyak 91% gen Z menggunakan internet untuk bermain media sosial. Porsinya juga lebih tinggi ketimbang gen Y 82% dan gen X 86%.
“Aktivitas gen Z nyaris 100% di media sosial. Influencer menjadi salah satu sarana yang mempermudah mereka berbelanja,” kata Direktur NielsenIQ Indonesia Rusdy Sumantri acara E-Commerce Expo Expo, ICE BSD, Tangerang Banten, Rabu (25/9).
Influencer berasal dari kata influence yang memiliki arti pengaruh. Influencer adalah pengertian dari seseorang yang dapat memberikan pengaruh kepada audiens.
Terlebih lagi, pasar gen Z potensial. Jumlah gen Z mencapai 28% dari total populasi di Indonesia atau yang tertinggi ketimbang gen X 18%, gen Y 22%, dan gen Alpha 21%.
Volume belanja gen Z di e-commerce merupakan yang tertinggi. Meskipun dari sisi rata-rata nilai lebih kecil, yakni Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu.
Riset Populix juga menunjukkan, 60% konsumen mengikuti program afiliasi dalam membeli produk kecantikan dan kesehatan, serta makanan dan minuman. Data ini berdasarkan survei terhadap 1.114 responden berusia 17 – 55 tahun selama 20 – 24 Agustus.
“Perempuan dan gen Z merupakan pendorong tren berbelanja, karena ulasan positif affiliator,” kata VP Research Populix Indah Tanip pada sesi bertema ‘Affiliate Insights: Maximizing Success in the Digital Marketplace’.
“Hal ini mencerminkan perubahan tren konsumen di era digital, ketika rekomendasi produk dari affiliator berperan penting dalam keputusan pembelian,” Indah menambahkan.
Program afiliasi adalah strategi pemasaran perusahaan atau bisnis dengan memberikan komisi kepada pihak ketiga yang dikenal sebagai affiliator untuk mempromosikan produk atau layanan mereka.
Affiliator mempromosikan produk atau layanan dari perusahaan dengan membagikan tautan atau kode afiliasi di situs web, blog, media sosial, atau kanal pemasaran digital lainnya. Mereka memperoleh pendapatan berdasarkan performa, seperti penjualan atau klik produk.
Influencer seringkali menjadi affiliator.
Indah mencatat banyak dari responden yang bersikap netral terhadap rekomendasi produk afiliator. Hal ini menunjukkan pentingnya mengkurasi afiliator agar lebih sesuai dengan audiens.
Selain itu, para afiliator perlu membangun kepercayaan dan kredibilitas di mata para calon konsumen untuk dapat menjalankan peran mereka secara lebih efektif dan mendapatkan penghasilan maksimal.
Survei Litbang Kompas berjudul ‘Recent Trends in Shopping Behavior’ juga menunjukkan, konsumen tertarik membeli produk atas rekomendasi influencer, terutama untuk kategori makanan. Survei dilakukan terhadap 1.200 responden berusia 17 - 65 tahun selama 27 Mei – 7 Juni.