Kominfo Pastikan Larang Temu Cina Sekalipun Mengakuisisi E-commerce Lokal

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/YU
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi menjawab pertanyaan wartawan usai Deklarasi Pemberantasan Judi Online di Gedung Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Rabu (28/8/2024).
Penulis: Amelia Yesidora
10/10/2024, 13.29 WIB

Kominfo atau Kementerian Komunikasi dan Informatika memastikan akan melarang Temu beroperasi di Indonesia, meskipun ada isu bahwa perusahaan asal Cina ini berencana mengakuisisi e-commerce lokal yakni Bukalapak.

Alasannya, e-commerce asal Cina Temu dinilai bisa membahayakan UMKM. Hal ini karena model bisnis Temu yang menghubungkan langsung pabrik dengan konsumen.

“Mereka kabarnya mau mengakuisisi Bukalapak. Tetapi Bukalapak sudah membantah,” kata Menteri Kominfo Budi Arie Setiadi saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Kamis (10/10).

Budi memastikan akan menentang kehadiran Temu jika jadi mengakuisisi e-commerce lokal. “Tetap kami tidak beri akses ke mereka untuk beroperasi. Kami harus melindungi UMKM, karena berpengaruh terhadap jutaan tenaga kerja,” kata dia.

Bukalapak menyatakan pada Rabu (9/10) bahwa perseroan tidak mengetahui informasi terkait rencana akuisisi oleh e-commerce Temu. Sekretaris Perusahaan Bukalapak Cut Fika Lutfi mengatakan, perusahaan akan melakukan keterbukaan informasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, apabila menerima informasi yang telah diverifikasi kebenarannya atas rencana akuisisi tersebut.

Harga saham Bukalapak sempat naik 30% pada sesi pertama perdagangan Senin (7/10). Hingga pukul 12:00 WIB, saham BUKA naik 30,43% ke posisi Rp 150 per lembar saham. 

Kenaikan harga saham pada Senin (7/10) merupakan reaksi pasar atas informasi terkait rencana akuisisi Perseroan yang belum diverifikasi kebenarannya dan tidak pernah dikonfirmasi oleh manajemen.

“Spekulasi pasar berada di luar kendali Perseroan. Oleh karena itu, Bukalapak mengimbau para pemegang saham publik dan investor dapat memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh Perseroan sebelum membuat keputusan investasi,” kata Cut Fika Lutfi dikutip dari keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia alias BEI, Rabu (9/10).

Ia menyampaikan, tidak ada informasi atau kejadian penting lainnya yang material dan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup dan harga saham Perseroan yang belum diungkapkan kepada publik.

Sementara itu, Temu sudah hadir di Vietnam pada Senin (7/10) dan dikabarkan akan mengambil alih platform belanja online lokal di negara itu.

“Ada rumor yang belum dikonfirmasi maupun diverifikasi bahwa Temu sedang berbicara dengan salah satu platform e-commerce lokal di Vietnam untuk kemungkinan akuisisi,” demikian dikutip dari perusahaan venture builder yang berbasis di Singapura, Momentum Works.

Pemangku kepentingan di Vietnam sudah memperkirakan platform asal Cina itu masuk ke negara naga biru sejak Juli, dan proyeksi ini akhirnya terjadi.

Meski begitu, kehadiran Temu di Vietnam masih tahap awal. Bahasa yang tersedia masih bahasa Inggris, bukan Vietnam.

Selain itu, hanya pembayaran dengan kartu kredit yang diterima, bukan dompet digital lokal. “Hanya dua pemain logistik yakni Ninja Van dan Best Express yang terhubung ke platform Temu,” demikian dikutip dari laman resmi Momentum Works, Selasa (8/10).

Momentum Works memperkirakan Temu menambah opsi bahasa, pembayaran, dan logistik ke platform, jika berupaya cukup keras di pasar Vietnam.

Temu sudah hadir di 82 negara, termasuk Vietnam, Malaysia, Filipina, Thailand dan Brunei Darussalam. Pengiriman di Vietnam sekitar 4 - 7 hari, jauh lebih cepat daripada Malaysia dan Filipina 5 - 20 hari. Hal ini karena pengiriman dari Guangzhou, Cina ke Vietnam dapat dilakukan dengan mudah melalui jalur darat.

Reporter: Amelia Yesidora