Setelah kerusuhan mereda, permintaan iklan di Twitter berangsur membaik. Perusahaan juga selesai membangun kembali teknologi manajemen iklan pada kuartal II. Teknologi itu akan mendukung pengembangan format baru layanan iklan yang lebih cepat.

Kendati begitu, pesaing Twitter, Facebook justru diboikot banyak pengiklan. Perusahaan yang memboikot seperti Verizon, Unilever, Coca-Cola hingga Starbucks memboikot iklan di platform Facebook.

Mereka juga menggelar kampanye #StopHateForProfit, karena Facebook dinilai tidak responsif atas ujaran kebencian. Perusahaan juga tak bertindak atas unggahan Presiden AS Donald Trump yang dianggap glorifikasi kekerasan pada akhir Mei lalu.

Sedangkan Twitter memberikan label cek fakta pada beberapa unggahan Trump. CEO Twitter Jack Dorsey mengatakan bahwa pengiklan mengakui langkah-langkah yang telah mereka ambil. 

"Orang-orang memperhatikan perbedaan kami, pada saat yang sama, melihat banyak peluang di Twitter saat kami memajukan peta jalan," katanya.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan