Pendiri raksasa e-commerce asal Tiongkok Jack Ma, melalui Alibaba Foundation merilis Buku Panduan Pencegahan dan Penatalaksanaan COVID-19 bagi tenaga medis, pasien dan fasilitas kesehatan. Panduan ini diterbitkan dalam berbagai bahasa, salah satunya bahasa Indonesia.
Untuk efektivitas penanganan covid-19, baik pasien, tenaga medis dan fasilitas kesehatan (faskes), buku ini antara lain menyatakan pemanfaatan teknologi digital untuk pengendalian pandemi corona atau infeksi silang.
Penggunaan layanan online diharapkan meminimalisir kontak langsung dengan petugas medis. Layanan online juga diterapkan agar meringankan beban rumah sakit yang menampung pasien corona.
(Baca: Jack Ma Donasi 2 Juta Masker & Baju Pelindung ke 4 Negara, Termasuk RI)
Pasien bisa menggunakan layanan online untuk mengakses beberapa layanan non-darurat seperti pengobatan penyakit kronis. Pasien yang harus mengunjungi faskes juga sebaiknya membuat janji temu lewat internet.
Sebelum pasien datang ke faskes, kumpulkan terlebih dahulu informasi lengkap secara online. Hal itu agar mempercepat proses diagnosis dan penatalaksanaan penanganan lebih efisien, serta membatasi waktu kunjungan pasien.
Pasien dianjurkan untuk memanfaatkan perangkat pengukur digital mandiri. "Ini untuk menghindari kontak dengan orang lain. Sehingga dapat menurunkan risiko infeksi silang," dikutip dari Buku Panduan Pencegahan dan Penatalaksanaan Covid-19, Sabtu (28/3).
Saran untuk tenaga medis, buku panduan ini merekomendasikan konsultasi antar tenaga medis sebaiknya dilakukan secara jarak jauh. Diskusi bisa dilakukan dengan ponsel untuk mengurangi risiko interaksi yang tidak perlu dan menghemat suplai alat pelindung.
Untuk mengetahui kondisi terbaru pasien, bisa secara elektronik melalui kode quick response code (QR code) kesehatan.
(Baca: Xiaomi dan Ratusan Perusahaan Tiongkok Cari Pinjaman Efek Virus Corona)
Catatan medis sebaiknya direkam secara elektronik di faskes dalam sistem kecerdasan buatan (artificial Intelligence/AI) dan pencitraan computerized tomography (CT) untuk membantu mengurangi intensitas kerja. Teknologi ini digunakan mengenali kasus yang diduga keras terinfeksi, dan menghindari kesalahan diagnosis.
Sementara untuk faskes atau rumah saki,t dianjurkan menggunakan sumber daya digital, seperti dengan memanfaatkan teknologi berbasis komputasi awan (cloud). Teknologi itu memungkinkan sistem informasi rumah sakit dilakukan dengan tanggap darurat untuk melengkapi klinik demam yang baru didirikan, ruang observasi demam, dan bangsal isolasi.
Buku tersebut disusun berdasarkan pengalaman klinis para dokter serta tenaga medis di The First Affiliated Hospital di Zhejiang University School of Medicine (FAHZU) dalam menangani corona. Rumah sakit itu membangun sistem informasi dan platform komunikasi khusus untuk tangani corona.
"Berkat upaya tenaga medis dan penerapan teknologi baru, tidak ada staf yang terinfeksi. Selain itu, tidak ada juga diagnosis yang terlewat atau pasien yang meninggal dunia," tulis buku panduan tersebut.
Selama 50 hari menangani corona, rumah sakit telah menangani 104 pasien, 78 pasien diantaranya dalam kondisi parah dan sakit kritis.