Serangan siber baru serupa virus ransomware WannaCry kembali menyebar ke seluruh dunia. Bloomberg memberitakan, virus bernama Petya menyebar dari Eropa hingga ke Amerika Serikat (AS) dan Amerika Selatan. Tak tanggung-tanggung, virus tersebut juga menyerang sistem komputer di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Chernobyl, Ukraina.
Perusahaan keamanan siber yang berbasis di Moscow, Rusia, Group-IB menyatakan sejumlah komputer milik lebih dari 80 perusahaan di Rusia dan Ukraina terserang virus tersebut pada Selasa (27/6) waktu setempat. Komputer terkunci dan tidak bisa digunakan. Penyebar virus Petya meminta pengguna komputer untuk membayar US$ 300 atau setara Rp 3,9 juta dengan uang virtual untuk bisa kembali menggunakan komputer tersebut.
Menurut Analis dari Kaspersky Lab, organisasi di Rusia dan Ukraina memang tercatat sebagai yang terbanyak mendapatkan serangan tersebut. Di Ukraina, virus Petya menyerang sejumlah komputer di PLTN Chernobyl sehingga jaringan listrik terganggu. Selain itu, virus juga menjangkiti sistem komputer di sejumlah kantor pemerintahan di negara tersebut.
Suatu tim dikabarkan telah bekerja untuk membuat situasi di Chernobyl terkendali. Petugas federal di Ukraina membenarkan serangan yang dialami sistem komputer PLTN Chernobyl. "Terkait dengan serang siber, website pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl tidak bekerja," kata dia, seperti dikutip CNN. Selain itu, sistem Microsoft Windows dihentikan sementara, dan kegiatan pemantauan radiasi di area industri dilakukan secara manual.
Sementara itu, Perdana Menteri Ukraina mengatakan, serangan siber tersebut belum pernah terjadi sebelumnya, tapi sistem-sistem vital belum terjangkit. (Baca juga: Ada WannaCry, Pemerintah Percepat Pembentukan Badan Siber Nasional)
Perusahaan-perusahaan besar dunia juga dilaporkan menjadi target serangan virus Petya, termasuk agensi iklan asal Inggris WPP, produsen minyak dan gas asal Rusia Rosneft, dan operator di pelabuhan-pelabuhan kontainer besar dunia A.P Moller Maersk. Pihak Maersk menyatakan, pelanggannya tidak bisa melakukan pemesanan (booking) secara online dan sistem di internalnya juga terganggu.
Bloomberg memberitakan, terminal-terminal kontainer yang dimiliki oleh Maersk mengalami permasalahan sistem, termasuk di pelabuhan terbesar di Pantai Timur AS, yaitu Pelabuhan New York dan New Jersey, serta pelabuhan terbesar di Eropa yaitu Pelabuhan Rotterdam di Belanda.
Virus Petya juga menyerang sistem komputer di terminal yang dioperasikan oleh Maersk di pelabuhan kontainer Jawaharlal Nehru, dekat Mumbai, India. Ini artinya, virus telah menyebar ke Asia. Serangan tersebut menyebabkan terminal tidak bisa melakukan aktivitas bongkar muat barang.
Hingga kini, belum diketahui pihak penyebar virus ransomware Petya tersebut. Tapi, cara penyebaran virus ini disebut-sebut serupa dengan virus ransomware WannaCry yang menyebar pada pertengahan Mei lalu. (Baca: Microsoft Minta Pemerintah Waspadai Serangan Siber WannaCry)
Penyebaran memanfaatkan kelemahan pada sistem operasi Microsoft Windows. Kedua virus tersebut juga sama-sama mengunci sistem komputer dan meminta uang tebusan kepada penggunanya untuk bisa kembali mengakses komputer tersebut.
Sebelumnya, virus ransomware WannaCry diketahui menjangkit ratusan ribu komputer di 150 negara, termasuk Indonesia. Hingga kini, pihak yang bertanggungjawab atas penyebaran virus tersebut juga belum diketahui. Namun, sejumlah peneliti keamanan menemukan kesamaan pada kode "WannaCry" dengan malware yang diciptakan kelompok Lazarus.
Kelompok peretas ini disebut-sebut memiliki kaitan dengan Korea Utara. Kesamaan kode itu diidentifikasi oleh seorang peneliti Google, Neel Mehta. Namun, Google menolak berkomentar. (Baca juga: Peretas Asal Korea Utara Diduga di Balik Serangan Siber WannaCry)