Perusahaan layanan transportasi on-demand Gojek dikabarkan siap menyalurkan dana kepada dua startup asal India. Kedua startup tersebut adalah layanan makanan on-demand Rebel Foods dan platform e-sports Mobile Premier League (MPL).
Gojek berencana membentuk usaha patungan dengan Rebel, untuk membawa restoran online, seperti Faasos dan Behrouz Biryani ke Asia Tenggara. Kedua startup tersebut bersama-sama akan menginvestasikan uang berkisar US$ 8-10 juta atau sekitar Rp 112-140 miliar dalam usaha patungan (joint venture) .
Melalui kerja sama tersebut, Gojek dapat melebarkan bisnisnya, terutama lewat layanan pengiriman makanan GoFood. “Salah satu eksekutif senior dari Rebel Foods akan memimpin perusahaan ini,” ujar salah satu sumber, seperti dilansirTimes of India, Sabtu (30/3).
Laporan Times of India juga menyebutkan Gojek memimpin putaran pendanaan untuk MPL yang mencapai US$ 30 juta atau sekitar Rp 420 miliar. Pendanaan tersebut dikumpulkan bersama beberapa perusahaan lain, seperti Times Internet dan Sequoia Capital india.
(Baca: Astra Tambah Modal Rp 1,4 T ke Gojek, Siapkan Ribuan Armada Go-Car)
Adapun, jika pendanaan tersebut dilaksanakan, startup MPL yang baru berusia 10 bulan tersebut akan memiliki nilai valuasi sekitar US$ 150 juta atau sekitar Rp 2.100 miliar. Sebelumnya, MPL telah memperoleh pendanaan SERI A dari pemodal ventura Sequoia Capital yang turut berinvestasi ke Gojek.
Pihak Gojek dan MPL masih menolak untuk memberikan komentar soal joint venture ini. Sementara, CEO Rebel Foods Jaydeep Barman berkomentar, “ini adalah spekulasi pada titik ini (sekarang),” ujarnya.
Sebagai informasi, Gojek telah hadir di India sejak 2016 untuk pengembangan teknik dan produk. Pada Oktober tahun ini, perusahaan tersebut dilaporkan berencana untuk merekrut 200 insinyur lagi di India.
(Baca: Unicorn Dikuasai Asing, Rudiantara: Untungnya Tetap untuk Indonesia)
Pada Februari tahun lalu, Gojek dilaporkan berencana untuk meluncurkan layanan ojek online di India pada pertengahan tahun. Namun, hal tersebut belum terwujud karena terhalang oleh otoritas transportasi di India yang menolak untuk mengakui layanan ojek online sebagai hal yang legal.