Investor Ungkap Tren Startup Merger dan Akuisisi pada 2023

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.
Warga mengamati aplikasi-aplikasi startup yang dapat diunduh melalui telepon pintar di Jakarta, Selasa (26/10/2021).
Penulis: Lenny Septiani
23/12/2022, 12.33 WIB

Merger dan akuisisi dinilai menjadi pilihan bagi startup untuk meningkatkan bisnis di tengah ketidakpastian ekonomi global. Terlebih lagi, investor semakin pemilih dalam berinvestasi.

“Itu (merger dan akuisisi) menjadi pilihan selain mencari pendanaan,” kata Ketua Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro kepada Katadata.co.id, Kamis (22/12).

Merger dan akuisisi juga bertujuan mencari non-organic growth.

Hal senada disampaikan oleh Co-Founder sekaligus Managing Partner di Ideosource dan Gayo Capital Edward Ismawan Chamdani. "Merger dan akuisisi akan terus terjadi di sektor-sektor tertentu seperti fintech dan logistik," ujarnya kepada Katadata.co.id, Kamis (22/12).

Begitu juga dengan General Partner 27V Atin Batra. “Mengingat pasar modal ketat, perusahaan yang kehabisan uang akan mencari akuisisi sebagai hasil yang menguntungkan bagi investor mereka,” kata dia dikutip dari e27.

Sejumlah investor mengaku lebih menyukai startup yang disuntik atau portofolio melakukan akuisisi ketimbang mencatatkan saham perdana alias initial public offering (IPO). Alasannya, lebih menguntungkan.

"Jika akuisisi, ternyata harga sahamnya (valuasi) naik dan naik terus," kata Managing partner of MDI Ventures Kenneth Li dalam seminar Exit Mechanisms for Investors & Startup Companies di Jakarta, Selasa (6/12).

Namun ia menegaskan bahwa strategi itu tidak bisa digeneralisasi kepada semua perusahaan.

Ia menegaskan bahwa akuisisi maupun IPO memiliki nilai tambah dan tidak. “Keduanya bisa menjadi potensial strategi tergantung situasi," ujar dia.

Secara keseluruhan, exit strategy baik IPO, merger, akuisisi maupun lainnya bertujuan meningkatkan skala bisnis.

Reporter: Lenny Septiani