Startup PHK atau pemutusan hubungan kerja masif terjadi tahun lalu. Unicorn di bidang teknologi finansial (fintech) Xendit mengungkap alasannya.
Co-Founder sekaligus COO Xendit Group Tessa Wijaya mengatakan, alasan startup PHK yakni rightsizing atau upaya memastikan sumber daya perusahaan dipergunakan secara tepat dan efektif.
Perusahaan melihat adanya divisi bisnis yang tidak dibutuhkan. "Sebenarnya (PHK) bukan karena ada kesusahan di perusahaan," kata Tessa, Kamis (26/1).
Xendit melakukan PHK terhadap 5% karyawan pada Oktober 2022. Unicorn ini kini ekspansi ke Malaysia pada Januari 2023.
Xendit memperkirakan pendanaan masih akan sulit tahun ini. "Dari segi investor mungkin akan lebih berhati-hati dalam berinvestasi ke startup," katanya.
Meski begitu, ia memastikan Xendit belum berencana untuk PHK lagi tahun ini. Ia optimistis fundamental bisnis perusahaan kuat.
“Fundamental kami kuat. Kami berfokus mengejar profit dan pendapatan lebih, dan survive dalam beberapa tahun ke depan,” tambah dia.
Salah satu pendiri dan mitra pengelola Antler untuk Asia Jussi Salovaara sebelumnya menyampaikan, startup-startup yang melakukan PHK itu mungkin bekerja dengan baik secara operasional, seperti bisnis tumbuh atau bahkan hampir untung.
“Tetapi mereka perlu memastikan bahwa bisnis tumbuh berkelanjutan,” kata Salovaara dikutip dari CNBC Internasional, bulan lalu (9/12/2022).
Investor startup secara aktif menyarankan para pendiri (founder) untuk bersiap menghadapi ‘musim dingin’ alias ‘tech winter’. “Modal ventura mendorong para pendiri untuk memiliki runway yang lebih panjang,” katanya.
Dalam konteks startup, runway mengacu pada berapa lama perusahaan dapat bertahan di pasar, jika pendapatan dan pengeluaran konstan.