Cerita Artanto Ishaam dan Miskonsepsi Jabatan di Startup

Katadata
Senior Agile Coach iPrice Artanto Ishaam dalam sesi podcast Impactalk.
Penulis: Amelia Yesidora
Editor: Sorta Tobing
14/2/2023, 17.29 WIB

Kegiatan magang yang Artanto Ishaam di Yahoo! Indonesia pada 2011 berhasil menjembatani pekerjaannya sekarang. Setelah empat tahun, ia menjadi seorang scrum master sebuah startup bisnis sayur dan buah, HappyFresh. 

“Waktu itu, kalau enggak salah, saya orang ke-10 atau ke-12 di HappyFresh. Saya bangun itu bersama co-founder HappyFresh, Fajar Budiprasetyo yang saya temui saat magang di Yahoo!,” kata Senior Agile Coach iPrice tersebut dalam podcast Impacttalk beberapa waktu lalu.

Scrum master adalah seseorang yang bertanggung jawab memastikan kerangka kerja yang lincah (agile) berjalan pada sebuah perusahaan rintisan alias startup. Kerangka kerja itulah yang disebut sebagai scrum. Forum Ekonomi Dunia (WEF) pada 2020 menyebut profesi ini sekarang sangat dibutuhkan di dunia kerja dan perusahaan teknologi yang terus berkembang. 

Kebolehan Artanto di bidang teknologi tidak terlepas dari latar belakang pendidikannya. Lelaki yang akrab disapa Pepe ini adalah mahasiswa jurusan Sistem Informasi Universitas Indonesia tahun 2009-2015. 

Tidak hanya menimba ilmu secara formal, di sela waktu perkuliahannya Pepe pun aktif magang. Dari laman LinkedIn-nya diketahui bahwa ia sudah magang di tiga perusahaan berbeda sebelum menyandang gelar sarjana. 

Pengalaman kerja pertamanya bisa ditarik pada 2011, sebagai digital strategist di Yahoo! Indonesia. Pepe bertugas mengelola Koprol, media sosial lokal yang diakuisisi Yahoo. Dari sini lah, ia mengenal co-founder HappyFresh sekaligus pendiri Koprol, Fajar A. Budiprasetyo. 

Ia kemudian melanjutkan magang ke perusahaan konsultan Ernst & Young pada 2013. Pepe bertugas di departemen teknologi informasi (IT) yang mendukung layanan bisnis perusahaan tersebut.

Tak berhenti di situ, ia pun melanjutkan magang sebagai asisten project manager di Beetlebox Indonesia hingga 2014. Selain berkarir, nama Pepe juga tercatat sebagai perwakilan Mozilla Foundation di Indonesia dari 2011 hingga 2015. 

Setelah lulus kuliah, barulah Pepe memulai karirnya sebagai Scrum Master di HappyFresh pada 2015. Karirnya terus meningkat hingga ia bisa menjabat sebagai Tech Talent Manager sekaligus Agile Coach. “Di situ saya mengurus people, seluruh engineering team sekaligus menjadi mentor buat scrum master lainnya,” ujarnya. 

Pepe memilih keluar dari HappyFresh pada 2021. Ia melanjutkan karir sebagai Senior Agile Coach di iPrice selama setahun. Kini, ia sudah menyandang titel Agile Coach di Roche Services dan Solution, Malaysia.

Ilustrasi bisnis, startup (123rf.com/Sergey Nivens)

Miskonsepsi Jabatan dan Tanggung Jawab di Startup

Dengan pengalaman kurang lebih tujuh tahun sebagai scrum master, Pepe memiliki hubungan yang erat dengan tim pengembangan produk alias product development serta project management . Kerap ada kebingungan antara dua tim ini, namun Pepe menjelaskan ada dua hal mendasar yang bisa membedakannya.

Project management menyelesaikan masalah dengan tingkat ketidakpastian yang rendah. Maka, cara bekerjanya adalah dengan sistem proyek dan memiliki metodologi yang baku, mulai dari menentukan waktu, rencana, dan tujuan.

Di sisi lain, product development menyelesaikan masalah dengan tingkat ketidakpastian yang tinggi. Tim ini lebih banyak menggunakan metode eksperimental, alih-alih baku seperti yang dilakukan tim project management. Akhirnya, tim ini harus dengan cepat melakukan uji coba produk ke pasar yang diinginkan.

Kedua tim ini kemudian berkolaborasi sehingga produk sebuah perusahaan bisa sampai ke penggunanya. Pepe sering menemukan miskonsepsi antara peran alias role dan gelar alias title pekerja di startup.

Menurut dia, tim produk hanya memiliki dua jenis tugas. Pertama, pemikir yang bertugas membentuk produk sebaik mungkin agar laku di pasaran. Kedua, pelaksana yang memastikan bagaimana produk tersebut sesuai dengan kebutuhan pengguna. 

“Kadang ada product manager yang gayanya masih seperti project manager, sifatnya micro-manage ke engineer. Padahal kan product manager itu pemikir dan nanti eksekusinya akan bergantung pada tim engineer. Itu yang berat, menyatukan mindset,” jelasnya. 

Ia sendiri menjelaskan posisi scrum master adalah sebagai “pelatih” tim product developer dan engineer agar kedua pihak bekerja sesuai dengan kerangka scrum. Menurut Pepe, product developer berfokus meningkatkan nilai produk sebuah startup, sedangkan engineer fokus mengantarkan nilai produk ke pengguna.

“Kedua jabatan ini bisa menyeberang garis batas pekerjaan hingga tidak bisa berkolaborasi. Di situlah scrum master akan melatih dan mengatur cara kerja mereka. We put people in their places and roles,” jelasnya.

Reporter: Amelia Yesidora