Bukalapak membantah kabar mengakuisisi startup penyedia micro-warehousing Crewdible. Sebelumnya, Bukalapak mengambil alih beberapa perusahaan rintisan seperti iPrice.

“Berita kami mengakuisisi Crewdible tidak benar,” kata AVP of Media and Communications Bukalapak Fairuza A. Iqbal kepada Katadata.co.id, Kamis (13/4).

E-commerce bernuansa merah itu pernah berkolaborasi dengan sejumlah startup, termasuk Crewdible untuk menawarkan solusi digital untuk bantu pemilik usaha khususnya UMKM dalam acara Digital Acceleration Summit 2023.

Crewdible menghubungkan para penjual di e-commerce dengan pemilik gudang, untuk memenuhi pesanan pembeli. Mitra Crewdible bisa memanfaatkan ruang kosong seperti rumah, kantor, dan gudang untuk menjadi micro-warehousing.

Dalam operasionalnya, Crewdible bermitra dengan pemilik properti untuk menyediakan gudang. Kemudian para pebisnis online mendapatkan kebebasan untuk menentukan gudang sesuai dengan kebutuhan.

Pada 2019, Crewdible menyatakan bahwa platform-nya membantu pemilik gudang mencari biaya tambahan dengan memaksimalkan ruang kosong. Bagi para pedagang online, layanan ini menghilangkan biaya overhead seperti sewa dan pemeliharaan gudang.

Crewdible diluncurkan ke publik pada 2017. Pada September 2018, Crewdible mengumpulkan pendanaan awal yang tidak diungkapkan dari angle investor.

Kemudian pada 2019, startup ini meraih pendanaan pra-seri A US$ 1,5 juta atau sekitar Rp 21 miliar dipimpin oleh Global Founders Capital yang berbasis di Berlin, Jerman.

Bukalapak disebut ikut menyuntik dana Crewdible pada pendanaan seri A bersama investor lainnya seperti  500, Ondine, Super Angel investors tahun lalu.

Sebelumnya, Bukalapak mengakuisisi saham mayoritas platform pembanding harga yang berbasis di Kuala Lumpur Malaysia, iPrice Group.

Berdasarkan keterangan resmi, CEO Bukalapak Willix Halim mengatakan saat ini Bukalapak memiliki keahlian luas di bisnis e-commerce. Sedangkan, iPrice memiliki basis pengguna setia serta teknologi yang eksklusif.

Melalui investasi strategis ini, iPrice berpeluang mempercepat pertumbuhan dengan memanfaatkan sinergi antara kedua grup. Hal ini mengingat bisnis e-commerce di Asia Tenggara telah berkembang pesat selama satu dekade terakhir.

"Kami yakin dapat membuka potensi penuh platform ini," kata Willix. Hanya saja, Bukalapak tidak memerinci lebih lanjut besaran nilai investasi, termasuk jumlah saham yang diakuisisi.

Bukalapak memutuskan untuk mengalihkan fokus dari bersaing langsung dengan pasar lain, menjadi membangun atau mengakuisisi ceruk pasar dan mempercepat pertumbuhan.

Reporter: Lenny Septiani