East Ventures kembali memberikan pendanaan kepada startup kuliner hiperlokal berbasis cloud kitchen Uena. Perusahaan rintisan ini mencatatkan beberapa toko tak lagi merugi, meski baru setahun beroperasi.
Modal ventura tersebut tidak memerinci besaran pendanaan yang diberikan kepada startup kuliner Uena. Sementara itu, investasi ini diikuti oleh investor terdahulu dan Trihill Capital.
Co-Founder dan Chief Executive Officer Uena Alvin Arief mengatakan, dana segar tersebut akan digunakan untuk terus mengembangkan lokasi dan layanan guna menjangkau semakin banyak pengguna dan pelanggan.
“Mayoritas dari pesanan kami berasal dari pesanan ulang dan jumlah pesanan dari pelanggan loyal terus meningkat dari bulan ke bulan. Meskipun baru beroperasi kurang dari setahun, beberapa toko awal mencapai tahap break-even dan memiliki tingkat payback yang sehat,” kata Alvin dalam keterangan pers, Senin (8/5).
Break even point (BEP) adalah titik impas laba yang didapatkan perusahaan mempunyai nilai setara dengan yang diperlukan, atau dengan kata lain tidak merugi.
“Pendanaan baru ini menambah kepercayaan kami untuk terus menangkap peluang yang baik kedepannya,” tambah dia.
Uena hadir pada Agustus 2022. Startup ini telah membuka toko di tujuh lokasi di Jakarta dan telah melayani lebih dari 300 ribu porsi.
Para pelanggan dapat memesan secara langsung melalui aplikasi Uena atau nomor WhatsApp.
Uena tidak bergantung pada layanan pesan-antar ojek online, karena lebih dari 80% pesanan datang secara langsung. Sebab:
- Setiap lokasi dapur berjarak 1 – 1,5 kilometer (km)
- Menangani pengantaran secara internal untuk meminimalisir biaya dan waktu pengantaran
- Pada umumnya, para pelanggan akan menerima pesanan dalam waktu 15 menit setelah melakukan pemesanan
Co-Founder dan Chief Operating Officer Uena Roy Yohanes menyampaikan, Uena bersiap untuk melakukan ekspansi dan melipatgandakan lokasi dapur di Jakarta. Setiap lokasi dapur dihadirkan dengan kapital yang rendah, proses persiapan yang cepat, dan fleksibilitas dalam menggunakan ukuran ruangan yang beragam.
Uena juga akan terus menambahkan menu baru untuk meningkatkan pesanan berulang dari para pelanggan. Ini bertujuan mencakup berbagai waktu makan, baik secara harian maupun beberapa hari sepanjang minggu.
Roy menjelaskan, pasar segmen makanan sehari-hari di Indonesia diperkirakan US$ 90 miliar per tahun. Hampir seluruhnya dilayani oleh pedagang kaki lima yang kurang terorganisir.
Hal itu sering menimbulkan kerugian bagi konsumen terutama dari sisi kualitas, konsistensi, dan harga.
Uena ingin menghadirkan solusi layanan makanan berkualitas dengan harga yang terjangkau melalui pengantaran online. Startup kuliner ini menggunakan format cloud kitchen.
Cloud kitchen adalah layanan pengelolaan restoran hingga pengantaran kepada konsumen menggunakan teknologi. Biasanya pelanggan hanya bisa memesan makanan dan minuman secara online, alias tidak bisa datang langsung.
Gojek dan Grab juga memiliki layanan cloud kitchen.
“Makanan sehari-hari merupakan segmen yang sangat menarik dengan jumlah menu yang terbatas, karena konsumen pada umumnya kembali ke beberapa menu pokok yang sama. Hal ini membuat volume tinggi pada masing-masing produk, sehingga kami dapat memaksimalkan efisiensi operasional dan pembelian dalam jumlah yang besar,” ujar Roy.
Investment Professional East Ventures Jordy Tenka mengatakan, setelah beberapa bulan perusahaan berinvestasi di Uena, upaya startup ini mengatasi masalah konsumen dinilai mendapatkan respons positif.
“Kami sangat bersemangat untuk terus mendukung Uena dan berpartisipasi dalam inovasi di industri makanan sehari-hari di Indonesia,” kata Jordy.
VP at Investments Trihill Capital V. Ian Sulaiman menambahkan, pasar yang dibidik oleh startup Uena menarik. Mayoritas dari penduduk Indonesia adalah kalangan menengah yang diperkirakan merepresentasikan 45% dari total populasi, namun hanya memiliki pengeluaran bulanan US$ 36 – US$ 80.
“Pada umumnya mereka menghadapi kesulitan dalam mendapatkan makanan yang berkualitas baik dengan harga terjangkau, terutama ketika dihadapkan dengan kondisi di lapangan dengan pilihan makanan kurang aman dan higienis,” ujarnya.
“Kami mendukung upaya Unea untuk meningkatkan pilihan makanan sehari-hari dari sisi harga, akses, dan kualitas untuk kalangan kelas menengah penduduk Indonesia,” tambah dia.