Kejatuhan Silicon Valley Bank memicu kekhawatiran terkait dampak rambatannya terhadap perusahaan-perusahaan startup. Namun, Co-founder and Managing Partner Asia dari Antler Jussi Salovaara melihat, masalah yang terjadi di Amerika Serikat itu tak berdampak signifikan terhadap prospek pendanaan bagi para startup di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
“Dampaknya tidak banyak. Tidak banyak perusahaan di ASEAN yang memiliki eksposure. Dan sepanjang founder memiliki sesuatu yang menarik dan tahu bagiamana mengembangkannya, modal akan tersedia,” ujar Jussi saat berbincang dengan media di Singapura, pekan lalu.
Ia mengatakan, Asia Tenggara saat ini menjadi tempat yang sangat menarik bagi para investor. Banyak startup yang lahir di wilayah ini memiliki prospek yang menjanjikan.
Jussi pun mengaku tak khawatir dengan dampak jangka panjang dari penutupan Silicon Valley Bank. Menurut dia, kondisi yang disebabkan oleh kejatuhan bank tersebut akan membaik seiring berjalannya waktu.
Ketua Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro pada Maret lalu mengatakan, ada sedikit startup Indonesia yang menerima investasi dari modal ventura atau (VC) yang berbasis di Silicon Venture Capital Valley. Ia mengatakan, indikasi awal menunjukkan bahwa efeknya relatif kecil karena hanya sedikit modal ventura Indonesia yang berbisnis dengan bank raksasa ini.
Selain itu, menurut dia, sangat sedikit modal ventura Indonesia yang berinvestasi ke startup di Amerika Serikat (AS). Bank dengan model bisnis seperti Silicon Valley Bank di Indonesia juga belum ada.
“Dampak ke startup Indonesia kecil. Dengan atau tanpa keputusan regulator, Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK lebih ke masing-masing startup mengelola pendapatan dan biaya,” ujar dia.
Mitra pendiri Golden Gate Ventures Vinnie Lauria pun mencatat, sebagian besar startup di Asia bukan klien Silicon Valley Bank. Namun sejumlah modal ventura di Asia, termasuk perusahaannya, menempatkan dana di Silicon Valley Bank. Adapun Golden Gate Ventures hanya menaruh kurang dari 1% dana di bank yang kolaps tersebut.
“Biasanya, modal ventura memiliki dana minimal di rekening bank. Kami lebih suka menjalankannya dengan berinvestasi, atau menyerahkannya kepada mitra terbatas atau limited private (LP),” kata Lauria melalui unggahan di LinkedIn pada Maret lalu.