Investasi ke startup Indonesia diramal membaik tahun depan setelah anjlok 87% secara tahunan atau year on year (yoy) dari US$ 3,3 miliar menjadi hanya US$ 400 juta atau sekitar Rp 6,3 triliun selama Semester I 2023. Sektor apa yang dibidik?
Google, Temasek, dan Bain and Company mengungkapkan dalam laporan bertajuk ‘e-Conomy SEA 2023’ bahwa investasi ke startup Indonesia anjlok karena beberapa faktor, termasuk makroekonomi.
“Ketika kami berbicara dengan investor, sebagian besar dari mereka memilih pendekatan menunggu dan melihat alias wait and see,” kata Partner and Head of Vector in Southeast Asia, Bain & Company Aadarsh Baijal saat media briefing Google bersama Temasek dan Bain & Company peluncuran laporan e-Conomy SEA di Google Indonesia Office, Jakarta, Selasa (7/11).
Ia pun memerinci penyebab investasi ke startup Asia Tenggara anjlok tahun ini, termasuk di Indonesia, sebagai berikut:
- Biaya modal tinggi
- Penurunan valuasi startup
- Jalur startup untuk mencapai untung dan lingkungan pasar modal yang menantang, sehingga strategi exit menjadi lebih sulit dicapai
- Perhitungan valuasi startup lebih lama ketimbang tahun-tahun sebelumnya, sehingga proses penutupan pendanaan lebih alot
- Investor berhati-hati dan memilih untuk wait and see
“Investor menunggu musim panas tahun depan untuk melihat bagaimana pasar berkembang dan menunggu untuk mengkalibrasi investasi sejalan dengan tingkat pertumbuhan yang diantisipasi,” kata Aadarsh.
“Namun dari sisi skala, kemungkinan lebih kecil ketimbang sebelumnya,” Aadarsh menambahkan.
Sektor startup yang berpotensi diminati tahun depan yakni:
- Teknologi finansial atau fintech, yang mencakup pembayaran, pembiayaan atau pinjol, asuransi alias insurtech hingga investasi
- Software as a Services atau SaaS termasuk penyedia layanan pembuatan aplikasi maupun fitur yang membantu operasional perusahaan atau UMKM
- Teknologi seperti kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI) generatif
- Pendidikan
- Kesehatan
- E-commerce
- Media
- Transportasi seperti taksi dan ojek online alias ojol, maupun pengantaran makanan atau food delivery
“Semuanya terlihat cukup menarik,” kata Aadarsh. “Tetapi kami belum melihat ada booming penuh startup AI generatif yang terfokus di Asia Tenggara, sebagaimana di Barat.”