Anak usaha Bank Mandiri yakni Mandiri Capital Indonesia membagikan tips agar startup tidak terjebak dalam situasi yang memaksa perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja alias PHK ataupun tutup. Tips yang dimaksud yakni berfokus meraup untung.
Direktur Investasi Mandiri Capital Indonesia Dennis Pratistha menyampaikan, investor tidak lagi berinvestasi karena pertumbuhan bisnis startup saja seperti transaksi alias gross merchandise value (GMV).
Penanam modal kini juga memperhatikan profit dan keberlanjutan usaha.
Tingginya pertumbuhan transaksi biasanya didorong oleh promosi alias bakar uang. Namun strategi ini belum tentu meningkatkan profit.
Sementara itu, kondisi makroekonomi kini tertekan tingginya inflasi dan suku bunga acuan. Hal ini membuat investor semakin berhati-hati dalam berinvestasi, sehingga startup marak PHK atau bahkan tutup.
“Oleh karena itu, yang perlu dipikirkan yakni pertumbuhan yang sehat,” kata Dennis kepada Katadata.co.id di kantor MCI, Rabu (17/1). Ia mencatat, rerata startup berupaya menjadi perusahaan yang sehat.
Pada kesempatan berbeda, Founding Partner Intudo Ventures Patrick Yip memperkirakan masih ada banyak startup PHK atau tutup pada paruh pertama 2024. Kemudian akan membaik pada Semester II.
Partner Trihill Capital Anthony Tjahjadi mengatakan hal senada. Menurut dia, startup yang berpotensi tutup tahun ini tidak sebanyak tahun sebelumnya.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia atau Amvesindo Eddi Danusaputro menyampaikan, penyebab startup tutup yakni tech funding winter. Para investor menjadi lebih selektif dalam berinvestasi ke startup.
Selain itu, pendapatan startup menurun akibat kondisi makroekonomi, lemahnya permintaan konsumen hingga suku bunga acuan tinggi.
Sementara itu, Eddi menyampaikan bahwa investor akan menunggu dan melihat alias wait and see hasil Pemilu di Indonesia dan Amerika. “Tapi ini lebih kepada investor asing,” ujar dia.
“Investor lokal akan terus mencari kesepakatan pendanaan, terutama startup tahap awal dan lanjutan. Investor berinvestasi di startup untuk jangka panjang, sekitar lima sampai delapan tahun,” Eddi menambahkan.
Perusahaan modal ventura, East Ventures optimistis tahun ini menjadi 'angin segar' bagi startup. Sebab, Bank Sentral Amerika Serikat berpotensi menurunkan suku bunga acuan, sehingga memberi harapan pertumbuhan ekonomi AS lebih tinggi.
Namun, East Ventures tetap mewaspadai ketegangan geopolitik di beberapa wilayah yang berpotensi menimbulkan gejolak pasar, serta momen pemilu di Amerika dan Indonesia.
"Memasuki 2024 pasti banyak ketidakpastian. Ketegangan geopolitik di beberapa negara dan ketidakstabilan ekonomi global menyebabkan volatilitas yang besar,” kata Managing Partner East Ventures Roderick Purwana.
“Namun, kami melihat tanda-tanda positif. Kami tetap waspada, memantau dengan cermat, dan fokus pada tujuan kami terlepas dari fluktuasi eksternal,” Roderick menambahkan.
Musim dingin atau funding winter startup di ASEAN diperkirakan berakhir pada 2024. Namun perusahaan rintisan tetap didorong untuk menunjukkan strategi meraup untung guna menggaet investor.
"Keyakinan saya, tahun depan, Anda akan melihat pelonggaran penyebaran dana di Asia Tenggara," kata Co-founder sekaligus Managing Partner Monk’s Hill Ventures Peng T. Ong, dikutip dari CNBC Internasional, bulan lalu (19/12).
Co-founder sekaligus Managing Partner Asia Antler Jussi Salovaara juga memperkirakan investasi modal ventura meningkat dalam enam bulan terakhir pada 2024. “Kami yakin akan meningkat terutama menjelang paruh kedua,” ujar dia.