Pengembang alias developer gim Agate International mencari investasi US$ 10 juta atau Rp 155 miliar . Dana ini akan digunakan untuk memperluas bisnis, seperti potensi akuisisi studio dan gim lain hingga ekspansi ke Jepang dan Korea Selatan.

CEO Agate Shieny Aprilia menyampaikan, perusahaan bakal mendapatkan US$ 2 juta lewat surat utang pada investor tahun ini. Instrumen investasi ini berpotensi mengumpulkan US$ 8 juta dalam pendanaan seri B pada 2025 atau 2026.

“Jumlah pendanaan seri B bisa bervariasi, tergantung dengan kebutuhan perusahaan. Surat utang ini bisa dikonversi menjadi ekuitas atau hak milik setelah perusahaan menutup pendanaan seri B,” kata Aprilia dilansir dari Tech in Asia, Selasa (20/8).

Agate akan menggunakan dana baru itu untuk:

  1. Meluncurkan unit penerbitan game di Indonesia yang mengembangkan judul-judul baru
  2. Mengakuisisi penyedia layanan pembayaran sehingga pengguna gim Indonesia lebih mudah bertransaksi
  3. Merekrut perwakilan di Korea Selatan dan Jepang untuk meningkatkan pesanan dari pengembang gim di dua negara itu

Aprilia mengatakan, Agate mempertahankan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi atau EBITDA yang disesuaikan positif sejak 2022. Ia memperkirakan laba berlipat ganda tahun ini.

Pengembang gim itu menargetkan setidaknya 10% pertumbuhan pendapatan. Rata-rata pertumbuhan tahunan 42% selama 2021 – 2023.

“Strategi bisnis yang baru diharapkan bisa meningkatkan keuntungan kotor sekitar 50% hingga tiga tahun mendatang,” ujarnya.

Mereka berharap bisa memanfaatkan peluang dari Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2024 yang bertujuan mempercepat pertumbuhan industri game lokal. Dengan regulasi ini, Indonesia berencana membantu pengembang gim mendapat akses ke sumber pendanaan hingga menyediakan insentif pajak.

Regulasi itu juga mengharuskan pengembang game asing membentuk entitas lokal atau bekerja sama dengan pihak lokal untuk menjual gim di Indonesia.

Pemerintah juga mempermudah tenaga kerja asing berketerampilan tinggi bekerja di Indonesia. Mereka diharapkan bisa membuka jalan berbagai pengetahuan dengan tenaga kerja lokal.

Beleid baru itu diharapkan bisa meningkatkan pangsa pasar gim besutan pengembang lokal dari saat ini 1% menjadi 70%. Industri gim video Indonesia menghasilkan pendapatan Rp 25 triliun pada 2022, namun pengembang lokal hanya berkontribusi 0,5%.

“Regulasi ini sangat menggembirakan bagi kami, karena telah mengakui pentingnya industri game, setelah beberapa tahun terakhir ada kelompok yang melabeli gim sebagai hal yang haram,” ujar Aprilia.

Agate berdiri sejak 2009 dan merilis lebih dari 250 judul gim di Android, iOS, PlayStation, Nintendo, Xbox hingga Steam. Gim perusahaan ini sudah diunduh 10 juta kali dan punya lebih dari 200 ribu pengguna aktif harian.



Reporter: Amelia Yesidora