Pengumpulan dana untuk investasi ke startup oleh modal ventura di Asia Tenggara pada Semester I US$ 1,23 miliar atau anjlok 73% secara tahunan alias year on year (yoy), menurut laporan DealStreetAsia.
Hanya lima modal ventura yang mencapai penutupan akhir pengumpulan dana. Jumlahnya hanya sepertiga dibandingkan semester pertama tahun lalu.
Sepanjang tahun lalu, ada 32 modal ventura yang berhasil mengumpulkan dana total US$ 6,77 miliar atau tertinggi yang pernah dicatat oleh DealStreetAsia.
“Limited partner atau LP seperti dana pensiun, dana abadi, dan dana kekayaan negara yang berkomitmen pada modal ventura, telah mengerem pemberian dana, karena mencari keuntungan di tengah kondisi perekonomian yang menantang,” demikian dikutip dari laporan DealStreetAsia, pekan lalu (22/8).
LP juga memprioritaskan hubungan dengan Fund Manager mapan yang memiliki rekam jejak lebih lama. Hal ini membuat penggalangan dana lebih sulit bagi modal ventura pemula.
Penurunan dalam pencapaian penggalangan dana menggarisbawahi tantangan ekonomi yang lebih luas di Asia Tenggara, termasuk biaya modal yang tinggi dan meningkatnya tantangan ekonomi makro.
“Perlambatan penggalangan dana wajar terjadi karena pendanaan untuk startup terus memburuk,” demikian dikutip.
Fund Manager Kamet Capital menutup pengumpulan dana pada Maret US$ 70 juta, di bawah target yang ditetapkan pada awal 2022 yakni US$ 100 juta. Perusahaan mengandalkan Founders Club, jaringan wirausahawan yang membangun kekayaan di industri teknologi, konsumen, dan perawatan kesehatan di Cina daratan.
"Para peserta Founders Club menambahkan perspektif unik mereka berdasarkan vertikal industri. Memiliki basis LP yang cukup luas merupakan nilai terbesar dalam menambah lebih banyak insights dan akses ke segmen baru industri teknologi, konsumen, dan perawatan kesehatan," kata CEO Kamet Capital Kerry Goh.
ACA Investments yang berpusat di Singapura juga lebih berfokus pada individu dengan kekayaan bersih yang tinggi dan Family Office untuk mencapai penutupan pertama pengumpulan dana, yang targetnya telah dikurangi dari US$ 40 juta menjadi US$ 20 juta.
"Kami berfokus pada investor perorangan yang telah menjalin hubungan baik dengan kami dan yang sangat peduli terhadap dampak sosial dan lingkungan dari apa yang kami lakukan," kata Direktur ACA Investments Kim Jung Kyu.
Perusahaan juga berhenti mencari startup baru untuk disuntik dana, dan memprioritaskan kelangsungan hidup perusahaan dalam portofolio atau yang sudah diberi pendanaan.
Direktur pelaksana Mars Growth Capital Navas Ebin mengatakan, kredit swasta atau Net Asset Value (NAV) financing dapat mempercepat peluang exit secara signifikan, merevitalisasi pasar, sekaligus mengatasi kesenjangan dalam pendanaan pertumbuhan.
Exit strategy adalah pendekatan yang direncanakan untuk mengakhiri investasi dengan cara yang akan memaksimalkan keuntungan dan/atau meminimalkan kerugian, seperti merger, akuisisi maupun pencatatan saham perdana alias initial public offering (IPO).
Meskipun NAV financing belum banyak diminati di Asia Tenggara, menurut Ebin cara ini dapat menyediakan likuiditas kepada LP dan Fund Manager dengan modal tambahan untuk mendukung perusahaan portofolio berkinerja terbaik.
"Dalam konteks pasar untuk enam hingga 12 bulan ke depan, saya yakin keadaan akan membaik mulai tahun depan dan seterusnya, meskipun ada banyak faktor yang berperan, termasuk faktor geopolitik," kata Ebin.