Living Lab Ventures di Bawah Sinar Mas Land Tak Lagi Utamakan Investasi Startup

Katadata
Diskusi Katadata Forum dengan tema "Transformasi Indonesia Menuju Raksasa Ekonomi Digital" di Jakarta, pada 2018
Penulis: Amelia Yesidora
13/9/2024, 12.53 WIB

Modal ventura di bawah Sinar Mas Land yakni Living Lab Ventures mengubah fokus investasi dari sektor digital menjadi kesehatan dan pendidikan.

“Kami juga tidak hanya berfokus pada startup, tetapi juga perusahaan yang lebih matang seperti universitas, rumah sakit, dan klinik,” ujar Partner Living Lab Ventures Bayu Seto dalam acara Media Briefing LLV Strategic Partnership & H2 2024 di Sentral Senayan II, Jakarta, Kamis (12/9).

Chief Transformation Officer Sinar Mas Land Mulyawan Gani menilai, potensi sektor kesehatan tinggi. Ia menghitung pertumbuhan pengeluaran dan perawatan medis bisa mencapai 12% per tahun atau dua kali lipat lebih pertumbuhan Produk Domestik Bruto alias PDB Indonesia 4% – 5%.

“Jadi kami akan masuk ke industri medis di Bumi Serpong Damai atau BSD. Kami bisa mendatangkan dokter-dokter asing, karena ada Kawasan Ekonomi Khusus. Ini akan membuka semua peluang dan perlu difasilitasi,” kata dia.

Ia berencana untuk membawa pulang diaspora Indonesia di bidang kesehatan agar bekerja di KEK Kesehatan BSD.Gaji  dan tanggungjawab mereka bakal disesuaikan, lantaran KEK memiliki berbagai pembebasan pajak.

BSD termasuk dalam KEK di BSD merupakan KEK kesehatan, pendidikan, dan teknologi. Usulan ini sudah disepakati pada Mei, namun pembentukan KEK di BSD masih menunggu PP dari Presiden Jokowi atau presiden terpilih Prabowo Subianto.

Investasi ke Startup Indonesia Anjlok

Chairman Nexticorn Foundation Rudiantara menyebutkan, pendanaan startup turun dari US$ 526 juta pada semester pertama tahun lalu menjadi US$ 300 juta pada semester pertama tahun ini. Mayoritas diberikan kepada startup early stage atau tahap awal.

Berdasarkan laporan Tracxn bertajuk ‘Geo Semi-Annual Report: Indonesia Tech H1 2024’, investasi ke startup Indonesia anjlok 64% secara tahunan atau year on year (yoy) dari US$ 526 juta menjadi US$ 191 juta pada paruh pertama tahun ini.

Rincian investasi ke startup Indonesia selama semester pertama 2024, sebagai berikut:

  • Investasi tahap benih atau seed stage: anjlok 42% dari US$ 45 juta menjadi US$ 26 juta
  • Pendanaan tahap awal atau early stage: turun 24% menjadi US$ 113 juta
  • Investasi tahap lanjutan alias late stage: turun 85% menjadi US$ 52,2 juta

Startup teknologi finansial atau fintech, terutama asuransi alias insurtech dan aplikasi untuk business to business (btob) merupakan sektor dengan kinerja terbaik pada semester pertama tahun ini.

Akan tetapi, tidak ada satupun unicorn baru tahun ini. Pada periode yang sama tahun lalu, hanya tercipta satu startup dengan valuasi di atas US$ 1 miliar.

Reporter: Amelia Yesidora