GoTo Gelar GIF Innovation Day Dorong Inovasi Startup Lokal

@tokopedia/Instagram
GoTo
Penulis: Kamila Meilina
Editor: Yuliawati
2/10/2024, 15.06 WIB

GoTo Impact Foundation (GIF) kembali gelar acara tahunan GIF Innovation Day 2024. Sebagai puncak dari program Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE), acara ini mengajak para pemangku kepentingan untuk meninjau ulang pengembangan inovasi, bukan hanya tepat sasaran, tapi juga bisa mendukung pembangunan yang inklusif di Indonesia.

Percepatan inovasi merupakan salah satu faktor penting yang bisa menjawab tantangan dalam mengatasi ketimpangan di sektor edukasi, kesenjangan digital, ketahanan bencana, serta iklim dan lingkungan di Indonesia.

Ketua GoTo Impact Foundation Monica Oudang mengatakan berbekal pelajaran tersebut, GIF telah mengeksplorasi berbagai cara untuk mempercepat lahirnya inovasi lokal, salah satunya melalui program unggulan CCE.

Sejak CCE diluncurkan pada 2021 melalui tiga gelombang, GIF telah mendukung 136 changemakers yang terdiri dari startup, organisasi nirlaba, hingga akademisi di 10 wilayah di seluruh Indonesia.

“Ketika kami berkolaborasi dengan para changemakers dan melihat langsung permasalahan di masyarakat, kami melihat kebutuhan mendesak untuk menanamkan budaya inovasi di individu pembawa perubahan,” kata Monica pada Selasa (1/10). 

Monica mengatakan budaya inovasi dengan mengintegrasikan teknologi dan kearifan lokal melalui kolaborasi multisektor.

GIF Innovation Day 2024 hadir dalam tema “Menyalakan Semangat Berinovasi di Penjuru Nusantara”. Pertemuan itu mempertemukan para pemangku kepentingan dengan profil yang beragam, termasuk pembuat kebijakan dan lembaga pemerintah, startup, organisasi nirlaba, korporasi, lembaga pendanaan, akademisi, komunitas, dan media untuk berdiskusi dan berkolaborasi guna mendorong lahirnya lebih banyak inovasi lokal.

Proyek Sukla adalah salah satu inovasi yang lahir dari program ini. Sukla adalah proyek pengelolaan sampah terpadu di Besakih, Bali dengan melibatkan partisipasi masyarakat dan kearifan lokal Bali.

Penggagas Program Sukla, Olivia Padang, membagikan pengalaman berusaha mengatasi masalah sampah di desa dan kawasan Pura Besakih, yang dulunya dibuang ke lahan terbuka. "Konsorsium Sukla berusaha memanfaatkan teknologi dan menyelaraskan dengan tradisi lokal, serta menerapkan model ekonomi yang tepat,” kata dia.

Dalam sembilan bulan implementasi, Sukla telah berhasil mengolah sampah sebesar 14 ton dan akan meningkat setiap bulan seiring berjalannya edukasi door to door, pembentukan bank sampah, penjualan produk hijau dan produk hasil olahan seperti RDF (Refuse-Derived Fuel) dan material daur ulang. "Hal ini memberikan keuntungan ekonomis yang akan digunakan kembali untuk peningkatan kapasitas pengolahan tersebut sehingga menjadi berkelanjutan,” kata Olivia.

Olivia menyelesaikan masalah di tengah masyarakat tidak selesai hanya dengan menciptakan inovasi, tetapi butuh proses dan pergeseran pola pikir yang panjang dan tidak mudah.

Tantangan utama berasal dari bagaimana cara membuat semua lapisan masyarakat dan pemangku kepentingan untuk mau terlibat di dalam proses kreasi dan implementasi solusi di lapangan. "Kami berharap inovasi lokal ini bisa terus berkembang bersama pihak-pihak lain yang mau berkolaborasi dengan kami untuk menyelesaikan permasalahan di Besakih,” ujarnya.

Reporter: Kamila Meilina