Tren Pemodal Ventura Pilih Sektor Ritel Dibanding Startup Teknologi

ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/Spt.
Pramuniaga melayani pembeli produk kosmetik di Tranz Cosmetic, Tangerang Selatan, Rabu (31/7/2024).
Penulis: Amelia Yesidora
Editor: Yuliawati
19/11/2024, 07.10 WIB

Beberapa perusahaan pendanaan modal memilih berinvestasi pada bisnis sektor konsumen atau ritel dibandingkan investasi pada startup berbasis teknologi. Ketiga investor yakni Init-6, OCBC Ventura, dan Trihill Capital, menilai sektor ritel memiliki potensi jangka panjang.

Salah satu peranan sektor ritel terlihat dari porsi konsumsi domestik sebesar 57% terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia 2024. “Ini adalah waktu yang menarik bagi ritel. Perubahannya cukup cepat, apalagi dengan masuknya media sosial,” kata Venture Partner dari Init-6, Rexi Christopher dalam acara Media Gathering yang diadakan di Jakarta, Senin (18/11).

Rexi menilai sejak dua tahun belakangan bermunculan jenama lokal. Gelombang kelahiran jenama lokal pertama dari sektor kosmetik dan kecantikan. Kemudian diikuti dengan sektor kesehatan.

Portfolio and Advisory Head OCBC Ventura, Dyah Trisnawaty, menjelaskan sektor ritel diperkuat populasi Indonesia yang mayoritas generasi milenial dan Gen Z. “Jadi kami sangat bullish di sini, mulai dari makanan dan minuman serta healthcare itu konsumennya millennial dan Gen Z,” ujar Dyah.

VP Investments Trihill Capital, Valerianus Ian Sulaiman, menilai tren kuatnya sektor ritel ini belum bisa bertahan dalam waktu lama. Alasannya, milenial dan Gen Z menurutnya lebih senang membeli hal-hal yang memberi kepuasan jangka panjang, berbeda dengan generasi sebelumnya.

Ian, panggilan akrabnya, mencontohkan tren menabung secara jangka panjang untuk membeli rumah saat ini masih kecil. Kebanyakan generasi muda berpikir sewa rumah lebih menguntungkan dibanding membeli rumah. “Tren-tren seperti ini yang harus cepat diobservasi dan dipahami," kata Ian.

Dyah Trisnawaty menyatakan sebuah perusahaan ritel rintisan bisa mulai mencari pendanaan. Dia membagi pendanaan berdasar tiga kategori tergantung keadaan perusahaan.

Pertama, untuk perusahaan sudah berdiri lama, menghasilkan untung, dan memiliki aset seperti tanah dan bangunan, bisa meminjam ke bank dengan biaya lebih murah.

Kedua, untuk perusahaan yang sudah menghasilkan untung tapi jaminan alias asetnya belum cukup, bisa mencari pinjaman ventura atau venture debt.

“Lalu, kalau perusahaan masih bertumbuh dan belum untung, lebih cocok ekuitas dari pemodal ventura. Tergantung kebutuhan masing-masing,” ujar Dyah dalam acara yang sama.

Ketiga perusahaan modal ventura ini sudah berinvestasi di bidang ritel. Init-6, berinvestasi pada jenama tas lokal Torch dan produk pembalut organik lokal UMA Women. Rexi mengatakan, Torch menargetkan 50 gerai toko pada 2029 dan menjangkau pasar luar negeri.

Sedangkan, OCBC Ventura mendanai tiga bisnis ritel. Pertama, gerai gelato Vilo, lalu chain pusat kebugaran FTL Fitness, dan gerai kopi Kopitagram. Lalu, Trihill Capital berinvestasi pada dua sektor ritel, pertama gerai makanan Se'Indonesia dan produk bayi hiboo baby.

Reporter: Amelia Yesidora