Belakangan tren pekerja perempuan di sektor Teknologi Informasi di Indonesia mulai bertambah. Perempuan makin memberi peran dan kontribusi terhadap sektor yang selama ini didominasi oleh laki-laki. Bahkan melalui bidang ini perempuan juga punya andil terhadap pertumbuhan ekonomi digital di Tanah Air.
Berdasarkan riset United Nations (UN) Women per Juli 2020,sebanyak 54 persen perempuan menjual produknya melalui internet. Dalam level usaha kecil, proporsi pemanfaatan internet untuk pengembangan bisnis oleh perempuan tercatat mencapai 68 persen atau 12 persen lebih tinggi dibandingkan yang dikelola laki-laki (52 persen).
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga menegaskan peningkatan akses perempuan terhadap teknologi informasi adalah kunci.
“Pencapaian isu prioritas pemberdayaan perempuan dalam kewirausahaan hanya dapat tercapai apabila perempuan memiliki resiliensi terhadap perubahan zaman yang begitu cepat. Maka, memberikan pemahaman dan kemampuan bagi para perempuan pelaku usaha mengenai penggunaan teknologi terkini adalah hal yang krusial,” kata Bintang Puspayoga pada peringatan Hari Kartini 2021.
Dalam diskusi bertajuk Women with Impact Forum 2022 yang digelar oleh East Ventures, perusahaan venture capital(VC) sejumlah perempuan yang bekerja di Industri Science, Technology, Engineering, and Mathematic (STEM ) mengisahkan perjalanan mereka mengembangkan karier. Sharlini Eriza Putri, Co-Founder & CEO Nusantics dalam sesi Working Moms: Balancing Motherhood and a Career? menggarisbawahi tentang pentingnya menerima dan memahami tantangan yang perempuan hadapi agar bisa menemukan solusi terbaik dengan pikiran yang jernih. Katanya, perempuan tidak boleh merasa lebih rendah, karena pada kenyataannya perempuan memiliki peluang besar mengingat perempuan merupakan negosiator yang lebih baik.
“Ada stereotype perempuan tidak memiliki karier yang bagus dalam teknologi, tapi pengalaman saya, saya masih sedang menyusui tatkala menyampaikan ide Nursantics ke investor. Ide dari Nursantic sendiri adalah menginspirasi orang dengan solusi untuk masalah-masalah yang riil yang dihadapi perempuan, misalnya soal bayi dan soal-soal kesehatan,” ucap Sharlini Avina Sugiarto dari Venture Partner of East Ventures tentang kisah bisnisnya bermula.
Dari problem yang riil tersebut sesungguhnya membuka peluang. “Dan peluang itu muncul berdasarkan perspektif perempuan ketimbang perspektif laki-laki,” katanya. Jadi meski saat ini masih ada stereotipe terhadap perempuan dalam pengembangan karier di bidang teknologi, di masa depan akan berbeda karena akan menghadapi banyak persoalan hidup yang dinamis yang harus dijawab oleh teknologi. “Dan kita perempuan lebih bisa memahami persoalan-persoalan yang riil dan dinamis itu, jadi ini mungkin menjadi masalah tapi sekaligus membuka peluang bagi kita perempuan untuk memasuki sektor teknologi.”
Sharlini menekankan pentingnya keterlibatan perempuan dalam venture capital. Menurutnya, perempuan mampu membawa perspektif dan pengalaman yang lebih beragam dalam mengambil keputusan, terutama untuk beberapa keputusan investasi yang mengharuskan perempuan atau bahkan ibu untuk memahami kesulitan (pain points) yang dihadapi. “Perempuan bisa menggunakan banyak perspektif saat mengambil keputusan dalam kontribusinya ke perusahaan dan lainnya,” katanya. Ia menegaskan Venture Partner of East Ventures mengedepankan keragaman dan praktik inklusi dalam perusahaan. “Bersyukur lebih dari 50% dari member di Venture Partner of East Ventures adalah perempuan.” Langkah tersebut menjadi salah satu cara mengurangi ketimpangan gender serta mengedapankan keberagam dalam dunia kerja.
Dalam sesi “Creating An Empowering Workplace for Women” Roshni Mahtani Cheung, pendiri sekaligus CEO di theAsianparent.com menjelaskan tentang pentingnya sistem leveling atau penyamarataan yang jelas dalam proses rekrutmen dan promosi; sehingga memberikan kesempatan dan peluang yang sama bagi setiap orang tanpa memandang gender. “Jadi, kebijakan itu bukan hanya untuk kepentingan perempuan, tapi karena equal buat semua.”
The Asia Parent juga menyediakan penitipan anak virtual untuk semua karyawan. Perusahaan tersebut mempekerjakan beberapa guru untuk mengajar anak-anak ketika orang tuanya bekerja.
Jalan lain menuju peningkatan peran peran perempuan di industri Science Science, technology, Engineering, and Mathematics atau STEM dilakukan oleh komunitas Indonesia Women IT Awareness IWITA. Organisasi ini yang didirikan oleh Martha Simanjuntak ini mengusung misi Indonesia tanggap Teknologi Informasi melalui advancement, learning, implementation dan socialization, sehingga perempuan dapat berperan dan berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi Indonesia.
Dalam hal ini, IWITA berupaya membangun kesadaran perempuan tentang manfaat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk pengembangan produktivitas pribadi di bidang TI dan peningkatan ekonomi keluarga.
Kontributor: Arin