Anak usaha Meta, Whatsapp, akan meluncurkan layanan berbasis komputasi awan (cloud). CEO Meta Mark Zuckerberg menyediakan layanan berbayar ini bagi pengguna kalangan bisnis demi mendulang pendapatan baru.

Dikutip dari TechCrunch, layanan baru berbasis cloud itu bernama WhatsApp Cloud API. WhatsApp sebenarnya telah mengembangkan platform antarmuka pemrograman aplikasi (Application Programming Interface/API) bagi pengguna bisnisnya dengan cara berlangganan.

Pengguna bisnis bisa mengintegrasikan API dengan sistem back-end mereka. Pengguna bisnis memanfaatkan layanan API ini sebagai bagian dari strategi komunikasi mereka.

Pada akhir tahun lalu, puluhan ribu bisnis memanfaatkan layanan API dari WhatsAPI termasuk Vodafone, Coppel, Sears Mexico, BMW, KLM Royal Dutch Airlines, Iberia Airlines, Itau Brazil, iFood, hingga Bank Mandiri.

Kini, WhatsApp mengembangkan layanan API itu dengan cloud. “Kami membuka WhatsApp untuk bisnis apa pun dengan ukuran berapa pun di seluruh dunia dengan WhatsApp Cloud API,” kata Zuckerberg dikutip dari TechCrunch, pada Kamis (19/5).

WhatsApp Cloud API bertujuan untuk menarik pasar bisnis kecil dan mengurangi waktu integrasi layanan dari beberapa pekan menjadi hanya beberapa menit saja.

WhatsApp juga berencana untuk menyediakan fitur berbayar opsional sebagai bagian dari layanan premium baru yang ditujukan untuk bisnis kecil. Namun, WhatsApp tidak memberikan informasi mengenai harga berlangganan layanan itu.

Upaya perluasan layanan berlangganan ini dilakukan WhatsApp untuk memperoleh opsi pendapatan lain. Ini seiring dengan kinerja bisnis induk usaha mereka, Meta yang jeblok pada tahun lalu.

Dikutip dari CNN Internasional, Meta memang mencatatkan total pendapatan US$ 118 miliar atau Rp 1.696 triliun selama 2021. Namun, dalam satu kuartal, pendapatan Meta meleset dari perkiraan Refinitiv. Meta hanya mencatatkan pendapatan US$ 27 miliar atau Rp 388 triliun, sementara Refinitiv memperkirakan pendapatan Meta US$ 30,1 miliar atau Rp 432 triliun.

Per kuartal IV, laba bersih perusahaan juga turun 8% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$ 10,3 miliar atau sekitar Rp 148 triliun.

Saham Meta pun anjlok dan membuat kekayaan Zuckerberg melorot. Dikutip dari Independent, Zuckerberg kehilangan US$ 49,6 miliar pada kuartal I tahun ini akibat dari kinerja buruk Meta itu.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan