Literasi Digital RI Naik Tipis, tapi Penipuan Online Masih Jadi PR

ANTARA FOTO/AKBAR NUGROHO GUMAY
Dua orang membuka laman Google dan aplikasi Facebook melalui gawainya di Jakarta, Jumat (12/4/2019).
Penulis: Lenny Septiani
1/2/2023, 10.52 WIB

Skor indeks literasi digital Indonesia 2022 naik 0,05 poin dibandingkan 2021 menjadi 3,54 dari skala 5. Namun keamanan digital di Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi pemerintah.

Indeks literasi digital 3,54 termasuk tingkat sedang. Skor literasi digital Indonesia terus naik sejak 2020, meski tipis.

Namun indeks literasi digital dari sisi keamanan masih kecil, yakni 3,12.

Itu berdasarkan survei Katadata Insight Center (KIC) bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) terhadap 10 ribu responden selama Agustus - September 2022. Tingkat toleransi kesalahan (margin of error) 0,98%.

Rincian indeks literasi digital sejak 2020 hingga 2022 dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:

202020212022
Literasi digital3,463,493,54
Terdiri dari empat pilar yakni:
Digital culture3,553,93,84
Digital safety3,243,13,12
Digital skill3,343,443,52
Digital ethics3,723,533,68

Rincian dari keempat pilar tersebut yakni:

  1. Kecakapan digital (digital skill) misalnya, menggambarkan kemampuan masyarakat dalam menghubungkan perangkat ke jaringan internet dan kemampuan mengunggah
  2. Etika bermedia digital (digital ethics) misalnya, menggambarkan komentar masyarakat di media sosial
  3. Keamanan digital (digital safety) seperti menggambarkan kemampuan masyarakat dalam menjaga data pribadinya
  4. Budaya bermedia digital (digital culture) yang menggambarkan budaya bermedia sosial masyarakat Indonesia. Contohnya, mempertimbangkan perasaan dari suku lain, mempertimbangkan perasaan pembaca yang memiliki pandangan politik berbeda, keragaman budaya, agama dan usia di media sosial.

Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Semuel A Pangerapan menjelaskan, salah satu indikator pilar keamanan digital yaitu kemampuan melaporkan penyalahgunaan di jejaring sosial.

Namun mayoritas atau 58,6% responden tidak mengerti mengenai hal itu. Mereka juga tidak pernah melakukannya atau melaporkan penyalahgunaan namun membutuhkan bantuan orang lain.

“Keamanan digital masih menjadi PR utama dalam hal literasi digital,” kata Semuel dalam acara Peluncuran Status Literasi Digital Indonesia 2022 di Jakarta, Rabu (1/2).

Rendahnya indeks keamanan digital dibandingkan tiga pilar lainnya menjadi indikasi bahwa masyarakat belum sadar akan pentingnya perlindungan data pribadi. Ini berpotensi terjadinya penyalahgunaan di dunia siber. 

Ia mencontohkan adanya modus penipuan undangan nikah. Pelaku mengirimkan link undangan nikah yang ternyata memuat aplikasi atau APK.

Saat calon korban mengeklik link ini dan mengunduh, maka pelaku mendapatkan akses terhadap SMS.

Dengan begitu, pelaku bisa mengetahui kode OTP yang masuk ke SMS korban. Mereka kemudian bisa menggasak isi rekening korban.

Berdasarkan survei literasi digital, semakin banyak responden yang tidak lagi mencantumkan info pribadi, seperti nama anggota keluarga dan berperilaku cukup aman di sosial media. Mereka juga menggunakan sandi huruf-angka-pola untuk membuka HP. 

Namun, lebih dari 60% responden masih menggunakan password yang sama di berbagai akun media sosial. Sebanyak 61,3% responden membagikan nomor telepon di media sosial.

“Tentu ini bukan menjadi tugas dari Kementerian Kominfo saja, tapi juga perlu dukungan dari berbagai stakeholder,” ujarnya.

Deputy Head Katadata Insight Center Vivi Zabkie menyampaikan, serangan siber setiap tahun berubah-ubah. Meski begitu, indeks keamanan digital naik tipis 0,02 poin.

"Tantangan keamanan tahun lalu berbeda dengan 2021. Belum ada penipuan kirim link APK," kata Vivi.

Reporter: Lenny Septiani