Google memecat karyawan yang menentang Project Nimbus. Di Indonesia, pegawai Google di Jakarta juga disebut-sebut mengundurkan diri karena proyek yang didukung Israel ini.
Katadata.co.id mengonfirmasi tentang kabar pegawai mengundurkan diri karena Project Nimbus kepada Google Indonesia. Namun perusahaan belum mau berkomentar.
Sementara itu, The Verge melaporkan bahwa Google memecat karyawan yang secara terbuka menentang proyek untuk militer Israel.
“Awal pekan ini, seorang karyawan mengganggu rekan kerja yang sedang memberikan presentasi, mengganggu acara resmi yang disponsori oleh perusahaan,” kata juru bicara Google Bailey Tomson dikutip dari The Verge, Senin (11/3).
“Perilaku ini tidak baik, apapun masalahnya. Karyawan tersebut dipecat karena melanggar kebijakan kami,” Bailey menambahkan.
Karyawan yang dipecat memprotes Project Nimbus yang merupakan hasil kerja sama Google, Amazon, Israel US$ 1,2 miliar. “Project Nimbus membahayakan anggota komunitas Palestina,” kata pegawai tersebut saat Direktur Pelaksana Google cabang Israel Barak Regev melakukan presentasi dalam acara konferensi tahunan teknologi Israel di New York pekan lalu (4/3).
“Saya menolak untuk membangun teknologi yang mendukung genosida,” ujar dia.
Sebelumnya, ratusan karyawan menentang Google dan Amazon bekerja sama dengan Israel soal Project Nimbus. “Teknologi ini memungkinkan pengawasan tingkat lanjut dan pengumpulan data yang melanggar hukum terhadap warga Palestina,” kata pegawai dalam surat terbuka.
Lebih dari 600 karyawan menandatangani surat terbuka yang mendesak Google berhenti mensponsori Mind The Tech yang menyoroti ketahanan industri teknologi Israel pada awal Maret 2024.
Pada September 2022, Manajer Pemasaran Google Ariel Koren mengundurkan diri karena menentang Project Nimbus.
“Saya meninggalkan Google karena adanya pembalasan dan permusuhan terhadap pekerja yang angkat bicara,” kata Koren melalui akun pribadi di X atau Twitter.
“Google memindahkan saya ke luar negeri setelah saya menentang proyek AI dengan Israel US$ 1 miliar. Dan ini bukan satu-satunya contoh,” Koren menambahkan.
Koren menghabiskan lebih dari setahun memprotes dan membujuk Google untuk menarik diri dari Project Nimbus. Ia mengedarkan petisi, melobi para eksekutif, dan berbicara dengan pers.
Namun Koren mengatakan, alih-alih mendengarkan keluhannya, Google malah mengeluhkan ultimatum berbunyi ‘setuju pindah dari San Francisco, Amerika ke Sao Paulo, Brasil atau keluar jika menentang Project Nimbus.
Pada Oktober 2021, lebih dari 90 pekerja Google dan 300 lebih di Amazon menandatangani surat terbuka yang menentang Project Nimbus. Karyawan yang berpartisipasi bersifat anonim agar khawatir terkena dampak dari kebijakan perusahaan.
Apa Itu Project Nimbus?
Project Nimbus adalah kontrak US$ 1,2 miliar untuk menyediakan layanan cloud atau komputasi awan bagi militer dan pemerintah Israel. Teknologi ini memungkinkan pengawasan lebih lanjut dan pengumpulan data yang melanggar hukum mengenai warga Palestina.
“Produk ini digunakan untuk mengabaikan hak-hak dasar warga Palestina, memaksa mereka keluar dari rumah mereka sendiri, dan menyerang warga di jalur Gaza” kata ratusan karyawan Google dan Amazon dalam surat terbuka pada 2021, dikutip dari The Guardian.
“Kami membayangkan masa depan di mana teknologi menyatukan manusia dan menjadikan kehidupan lebih baik bagi semua orang. Untuk membangun masa depan yang lebih cerah, perusahaan tempat kami bekerja harus berhenti melakukan kontrak dengan semua organisasi militer di AS dan sekitarnya,” kata mereka.
“Kontrak-kontrak ini merugikan komunitas pekerja dan pengguna teknologi. Meskipun kami secara terbuka berjanji untuk mengangkat dan membantu pengguna, kontrak seperti ini secara diam-diam memfasilitasi pengawasan dan penargetan terhadap pengguna yang sama,” demikian isi surat terbuka.
Berdasarkan laman Google Sites, Project Nimbus adalah proyek cloud milik militer dan pemerintah Israel. Kementerian Keuangan Israel mengumumkan pada April 2021, bahwa kontrak ini untuk memberikan solusi cloud yang mencakup keseluruhan kepada pemerintah, lembaga pertahanan, dan pihak lain.
Project Nimbus berlangsung dalam empat fase yakni pengadaan dan pembangunan infrastruktur cloud, perumusan kebijakan untuk migrasi operasional, transisi operasi ke cloud, dan optimalisasi fungsionalitas cloud.
Berdasarkan kontrak tersebut, Google dan Amazon akan membangun situs cloud lokal yang akan menyimpan informasi di dalam perbatasan Israel di bawah pedoman keamanan yang ketat.
Persyaratan yang ditetapkan Israel untuk proyek tersebut yakni melarang Amazon dan Google menghentikan layanan karena tekanan boikot. Perusahaan teknologi juga dilarang menolak memberikan layanan kepada entitas pemerintah tertentu.