Singgung Tambang Liar Indonesia, Apple Dikaitkan Mineral Ilegal Kongo

ANTARA FOTO/M. Irfan Ilmie/foc.
Salah satu gerai terbesar Apple di China yang berlokasi di pusat perbelanjaan internasional kenamaan Sanlitun masih tutup, Beijing, Rabu (18/5/2022).
Penulis: Desy Setyowati
29/4/2024, 14.43 WIB

Apple belum membangun pabrik iPhone di Indonesia salah satunya karena pertambangan ilegal. Produsen ponsel asal Amerika ini justru diduga terkait mineral yang diperoleh secara ilegal di Republik Demokratik Kongo.

Pada September 2023, Presiden Kongo Felix Tshisekedi bertemu dengan firma hukum internasional Amsterdam & Partners LLP untuk menyelidiki rantai pasokan timah, tungsten, dan tantalum yang dikenal sebagai mineral 3T. “Felix khawatir adanya ekspor ilegal,” kata Amsterdam & Partners LLP dikutip dari Reuters, Sabtu (27/4).

Kongo, khususnya di wilayah timur, terlibat dalam dugaan kekerasan yang menewaskan jutaan orang sejak 1990-an. Konflik muncul akibat perebutan kekuasan untuk mengendalikan perdagangan gelap timah, emas, coltan, dan tantalum yang digunakan untuk memproduksi gawai.

Kongo merupakan produsen tantalum terbesar di dunia, diikuti oleh Rwanda. Negara ini juga produsen tembaga dan kobalt nomor satu, bahan utama baterai listrik.

Sebagian besar sumber daya mineral Kongo terkonsentrasi di wilayah timur, di mana ketidakamanan semakin memburuk sejak kelompok pemberontak yang dikenal sebagai M23 kembali bangkit pada Maret 2022.

Amsterdam & Partners LLP memberi tahu CEO Apple Tim Cook pada Senin (22/4) tentang serangkaian pertanyaan berdasarkan kekhawatiran tentang rantai pasok. Firma hukum ini juga menulis surat kepada anak usaha Apple di Prancis, dan meminta jawaban dalam tiga minggu.

“Meskipun Apple telah menegaskan bahwa mereka memverifikasi asal usul mineral yang digunakan untuk memproduksi produk, klaim tersebut tampaknya tidak didasarkan pada bukti nyata dan dapat diverifikasi,” kata Amsterdam dalam pernyataan.

“Mata dunia tertutup lebar bahwa produksi mineral utama 3T di Rwanda mendekati nol, namun perusahaan teknologi besar mengatakan mineral mereka bersumber dari Rwanda,” katanya.

Apple pun menunjukkan laporan terbaru terkait rantai pasok. Laporan ini menyebutkan, 100% pabrik peleburan dan pemurnian yang teridentifikasi dalam rantai pasok untuk semua produk Apple yang diproduksi pada 2023 telah berpartisipasi dalam audit mineral konflik pihak ketiga yang independen untuk mineral 3T dan emas.

“Kami tidak menemukan dasar yang masuk akal untuk menyimpulkan bahwa pabrik peleburan atau penyulingan 3T dan emas mana pun yang ditentukan berada dalam rantai pasok kami pada 31 Desember 2023 secara langsung atau tidak mendanai atau memberi manfaat kepada kelompok bersenjata di Kongo atau negara tetangga,” demikian isi laporan Apple.

Tambang Ilegal Jadi Alasan Apple Belum Bangun Pabrik di Indonesia

Apple sebenarnya pernah berencana membangun pabrik iPhone di Indonesia pada 2016. Namun rencana ini batal dilaksanakan, karena kekhawatiran soal pertambangan ilegal.

“Saya ingat pada 2016 Apple sempat menyampaikan mau bikin pabrik di Indonesia, tapi tolong bereskan pertambangan ilegal ini," kata Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi alias Kemenko Marves Septian Hario Seto pada awal 2023.

Apple menelusuri bahan baku dari produk timah di Indonesia. “Mereka meminta tata kelola timah harus dibenahi. Kalau tidak, tak ada yang tertarik masuk hilirisasi karena persoalan ketelusuran bahan baku,” ujar Seto.

Hal-hal yang dikaji oleh Apple dalam menelusuri bahan baku yakni mulai dari perizinan, praktik pertambangan hingga prinsip bisnis berkelanjutan alias environmental, social and governance (ESG).