Perusahaan penyimpanan berkas digital asal Amerika Dropbox melakukan Pemutusan Hubungan Kerja alias PHK terhadap 528 karyawan atau 20% dari total.
Dropbox menyediakan layanan penyimpanan file beripa dokumen, foto, video, aplikasi, dan lain-lain secara online menggunakan komputasi awan alias cloud.
Sebelumnya Dropbox melakukan PHK terhadap 500 pekerja pada awal 2023 untuk mengalihkan sumber daya ke divisi kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI).
“Sebagai CEO, saya bertanggung jawab penuh atas keputusan ini dan benar-benar minta maaf kepada mereka yang terkena dampak perubahan ini,” tulis CEO Dropbox Drew Houston dalam surat yang ditujukan kepada karyawan, dikutip dari Techcrunch, Rabu (30/10).
Karyawan yang terkena dampak PHK akan menerima pesangon, ekuitas, dan pembayaran transisi, serta tunjangan kesehatan tertentu dan layanan penempatan kerja.
Ia menjelaskan pasar berkembang cepat, dan perusahaan membutuhkan dana lebih besar untuk investasi agresif. Oleh karena itu, Dropbox melakukan PHK untuk mendorong efisiensi.
“Ini memvalidasi peluang yang telah kami kejar dan menggarisbawahi perlunya urgensi lebih besar, investasi yang lebih agresif, dan tindakan tegas,” ujar dia.
Kinerja Dropbox melambat, dengan penambahan jumlah pengguna hanya 63 ribu. Perusahaan memiliki 18 juta pengguna.
Pertumbuhan pendapatan juga hanya 1,9% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi US$ 634,5 juta pada kuartal II. Harga saham juga turun lebih dari 20% sejak awal tahun hingga Agustus.
Menurut pengajuan ke SEC, Dropbox memperkirakan total biaya tunai untuk PHK US$ 63 juta hingga US$ 68 juta. Paling besar digunakan untuk pesangon, tunjangan, dan tambahan biaya US$ 47 juta hingga US$ 52 juta.
Sebagian besar pembayaran akan dilakukan pada paruh terakhir 2024. Sisanya diakui pada paruh pertama 2025.