Profil Bos Nvidia Jensen Huang: Terkaya Ke-9 Dunia, Bikin Pusat AI di Solo

Nvidia
CEO Nvidia Jensen Huang
Penulis: Amelia Yesidora
8/11/2024, 11.17 WIB

CEO Nvidia Jensen Huang akan datang ke Indonesia untuk menghadiri acara AI Day Indosat pada 14 November. Ia merupakan salah satu orang terkaya di dunia.

Kekayaan Jensen Huang US$ 129,8 miliar per 7 November atau naik 2,22% sejak awal tahun menurut data Forbes. “Ia menempati posisi kesembilan sebagai orang terkaya di dunia,” demikian data ‘The World’s Real-time Billionaires Forbes per 7 November.

Jensen Huang merupakan imigran asal Taiwan. Pria kelahiran 17 Februari 1963 pindah ke Amerika Serikat saat berusia sembilan tahun. 

Bos Nvidia itu meraih gelar Sarjana Teknik Elektro dari Oregon State University dan master di bidang yang sama di Harvard University.

Jensen Huang bekerja di LSI Logic and Advanced Micro Devices sebagai direktur, sembari menjadi desainer di Advanced Micro Devices Inc. (AMD). 

Ia mendirikan NVIDIA bersama dengan Christopher Malachowsky dan Curtis Priem saat berusia 30 tahun. Dilansir dari Fortune, saat itu kedua temannya masih menjadi teknisi di Sun Microsystems.

Mereka sudah merencanakan untuk keluar dari perusahaan itu, karena kalah dalam politik kantor.  

Ketiganya bertemu di restoran Denny’s dekat rumah Jensen Huang untuk mendiskusikan teknologi baru yakni komputasi berbasis grafis. Usai percakapan itu, Huang mendapat pertimbangan yang cukup untuk meninggalkan pekerjaannya di LSI. 

“Kami percaya model komputasi ini bisa menyelesaikan masalah yang tidak bisa diselesaikan komputasi fundamental,” kata Jensen Huang dilansir dari Fortune. “Di waktu yang sama, video gim punya masalah komputasi yang menantang serta volume penjualan yang tinggi.” 

Bermodalkan US$ 40 ribu di rekening bank, NVIDIA lahir. Awalnya perusahaan belum memiliki nama. Hanya file yang diberi nama yakni NV alias next version.  

Ketiganya memikirkan nama perusahaan berawalan NV. Kata yang ditemukan justru berasal dari bahasa Latin yakni invidia yang berarti kecemburuan. 

Nvidia melantai di Nasdaq dengan harga US$ 12 per lembar saham. Kini Nvidia menjadi produsen cip yang sempat menjadi perusahaan termahal di dunia, mengalahkan Apple pada akhir Oktober (26/10), versi data London Stock Exchange Group atau LSEG.

Nilai pasar saham Nvidia sempat menyentuh US$ 3,53 triliun atau lebih tinggi dibandingkan Apple US$ 3,52 triliun.

Nvidia juga pernah menjadi perusahaan termahal di dunia pada Juni. Data LSEG menunjukkan kapitalisasi pasar perusahaan asal Amerika ini US$ 3,34 triliun atau Rp 54,74 kuadriliun pada 18 Juni.

Nilai pasar perusahaan semikonduktor itu naik dari US$ 2 triliun atau Rp 32,8 kuadriliun menjadi US$ 3 triliun alias Rp 49,17 kuadriliun hanya dalam 96 hari.

Menurut Bespoke Investment Group, Microsoft membutuhkan 945 hari untuk beralih dari US$ 2 triliun ke US$ 3 triliun. Sementara itu, Apple membutuhkan 1.044 hari.

Harga saham Nvidia naik sekitar 18% sejak awal Oktober, didorong oleh tren AI. Pendanaan baru OpenAI juga mendorong saham semikonduktor, termasuk Nvidia pada perdagangan akhir bulan lalu (26/10).

Nvidia Akan Bangun Pusat AI di Solo

Nvidia bersama Indosat akan membangun pusat AI di Solo Technopark tahun depan. “Insha Allah tahun depan groundbreaking,” ujar SVP Head of Corporate Communications Indosat Ooredoo Steve Saerang di kantornya, Jumat (8/11).

Pusat AI itu akan dibangun di Solo Technopark, kawasan sains dan teknologi yang terletak di Jl Ki Hajar Dewantara No 19 Jebres, Surakarta.

Ada beberapa perusahaan global yang berkomitmen dalam pengembangan pusat AI tersebut, yakni Google, Nvidia hingga Northstar. Produsen cip Nvidia disebut bakal berinvestasi US$ 200 juta atau sekitar Rp 3 triliun untuk pusat AI ini. 

Pusat AI di Solo itu akan memiliki empat fasilitas, di antaranya:

  1. Sandbox yakni program inkubasi dan akselerasi untuk startup yang akan meluncurkan suatu inovasi
  2. Pusat pelatihan talenta
  3. Pusat riset berupa center of excellence
  4. Lokasi pertemuan pakar

Steve belum mau memerinci detail pusat AI di Solo tersebut, baik terkait kapasitas maupun anggaran yang dikeluarkan.

Reporter: Amelia Yesidora