Google menolak tuntutan Departemen Kehakiman (DOJ) Amerika Serikat yang meminta perusahaan menjual browser Chrome. DOJ meminta hal itu untuk mengatasi dugaan monopoli di sektor pencarian online.
Dalam kasus antimonopoli di AS, DOJ juga mempertimbangkan langkah-langkah lain, seperti memisahkan sistem operasi Android dari Google dan melarang kesepakatan eksklusif dengan perusahaan seperti Apple dan Mozilla.
Hakim Distrik Amit Mehta sebelumnya memutuskan pada Agustus Google terbukti mempertahankan monopoli pencarian online secara ilegal. DOJ pun mengajukan solusi yang disebut-sebut akan meningkatkan persaingan, meski langkah tersebut langsung ditentang Google.
Wakil Presiden Urusan Regulasi Google, Lee-Anne Mulholland, menyebut tuntutan DOJ berlebihan dan akan berdampak buruk pada konsumen.
“Proposal DOJ mencerminkan agenda intervensionis yang tidak hanya merugikan konsumen, tetapi juga melemahkan kepemimpinan teknologi global Amerika,” tulisnya dalam blog resmi Google, dikutip dari Techcrunch, Senin (23/12).
Mulholland juga menyoroti risiko privasi, mengingat salah satu tuntutan DOJ adalah berbagi data pencarian pengguna dengan pesaing. Hal ini disebut berpotensi membuka pintu bagi kelas baru masalah privasi dan keamanan.
Sebagai respons, Google menawarkan sejumlah proposal alternatif, antara lain:
- Fleksibilitas pengaturan pencarian default: Google mengusulkan agar perusahaan seperti Apple dan Mozilla tetap dapat membuat kesepakatan pencarian, tetapi pengguna memiliki opsi untuk memilih mesin pencari berbeda di perangkat atau mode tertentu.
- Pilihan lebih luas untuk produsen Android: Produsen perangkat Android akan diberi kebebasan untuk memuat mesin pencari lain tanpa harus menyertakan Google Search atau Chrome.
- Google menegaskan bahwa solusi ini tetap sesuai dengan keputusan pengadilan tanpa mengorbankan inovasi atau pengalaman pengguna.
Sidang lanjutan kasus ini dijadwalkan pada April 2025, dengan keputusan akhir terkait solusi dari hakim Mehta yang diharapkan keluar tahun depan.