Riset: Peretas asal Korea Utara Terlibat dari Setengah Pencurian Kripto Global

123rf/maksim shmeljov
Perusahaan analisis blockchain Chainalysis menyebut hacker Korea Utara paling banyak terlibat dalam pencurian kripto global.
Penulis: Amelia Yesidora
Editor: Yuliawati
24/12/2024, 16.41 WIB

Perusahaan analisis blockchain Chainalysis menemukan total US$ 2,2 miliar kripto yang dicuri tahun ini. Mereka menyebut peretas Korea Utara di balik lebih dari setengah jumlah pencurian tersebut.

“Pada 2024, jumlah pencurian meningkat menjadi US$ 1,34 miliar dalam 47 insiden,” tulis laman Chainalysis, dilansir Selasa (24/12).

Bila dibandingkan dengan 2023, ketika itu peretas yang terafiliasi dengan Korea Utara mencuri sebanyak kali senilai US$ 660,5 juta. Artinya, ada peningkatan nilai pencurian sebesar 102,88% alias lebih dua kali lipat.

“Angka-angka ini mewakili 61% total jumlah kripto yang dicuri secara global tahun ini dan 20% dari total insiden,” kata laman itu.

Chainalysis mencatat peretasan aset kripto tetap menjadi ancaman terus menerus selama empat tahun dalam dekade terakhir, yakni pada 2018, 2021, 2022, dan 2023. Tahun 2024 menjadi tahun kelima masalah peretasan aset kripto.

“Ini menyoroti bagaimana ketika adopsi dan harga kripto naik, maka jumlah yang dapat dicuri juga meningkat,” katanya.

Menariknya, intensitas peretasan crypto bergeser sekitar setengah tahun. Dalam pembaruan kejahatan pertengahan tahun, Chainalysis mencatat nilai kripto total yang dicuri dari Januari 2024 hingga Juli 2024 mencapai US$ 1,58 miliar, sekitar 84,4% lebih tinggi dari nilai yang dicuri selama periode yang sama pada tahun 2023.

Hingga akhir Juli, ekosistem ini stabil di jalur selama satu tahun dan dapat menyaingi pencurian lebih dari US$3 miliar pada 2021 dan 2022. Namun, tren kenaikan 2024 melambat setelah Juli, setelah itu tetap relatif stabil.

Reporter: Amelia Yesidora