Bos AWS Ungkap Cara Pakai AI Dalam Bekerja agar Efisien dan Cepat

YouTube Katadata Indonesia
Senior Practice Manager Amazon Web Services atau AWS Donald Tirtaatmaja dalam acara Energy Insights Forum: Harnessing Artificial Intelligence to Unlock Mining’s Next Frontier di Hotel Fairmont, Selasa (14/10).
Penulis: Kamila Meilina
14/10/2025, 16.21 WIB

Senior Practice Manager Amazon Web Services atau AWS Donald Tirtaatmaja menegaskan bahwa AI seharusnya diposisikan sebagai alat bantu analisis, bukan sebagai pengambil keputusan. 

Menurut dia, kemampuan AI dalam menganalisis data dan memberikan rekomendasi sangat kuat. Namun keputusan akhir tetap harus berada di tangan manusia.

“AI sekarang bukan decision maker, tetapi analis. Kalau kita minta dia menentukan investasi, hasilnya bisa berantakan. Tapi kalau diminta menganalisis atau meringkas data, dia sangat bisa,” ujar Donald acara Energy Insights Forum: Harnessing Artificial Intelligence to Unlock Mining’s Next Frontier di Hotel Fairmont, Selasa (14/10).

Ia menambahkan, perbedaan utama antara peran AI dan manusia terletak pada kecepatan dan efisiensi. “Kalau dulu tim analis butuh satu hingga dua minggu untuk mengolah data, kini AI bisa melakukannya hanya dalam satu atau dua jam,” katanya.

Menurut dia, pendekatan seperti itu memungkinkan pekerjaan berjalan lebih cepat dan efisien. “Kalau kita pikir AI sebagai analis atau engineer, maka ada banyak hal bisa bergerak jauh lebih cepat dan efisien,” Donald menambahkan.

Donald juga menyoroti pentingnya pelatihan AI bagi seluruh karyawan. Tahun lalu, Amazon menggelar program pelatihan AI untuk seluruh pegawai di berbagai level. Tujuannya bukan agar semua orang menjadi ahli teknis, tetapi memahami konsep dasar seperti machine learning dan AI generatif.

“Begitu karyawan paham konsep AI, mereka bisa mengidentifikasi masalah dan tahu kapan harus melibatkan engineer spesialist,” kata dia. Ia menekankan pemahaman ini membuat tim lebih kreatif dan sadar bahwa AI adalah asisten analis, bukan pembuat keputusan.

Dengan pengetahuan dasar itu, setiap tim di Amazon memiliki kebebasan untuk bereksperimen. Hasilnya, banyak proyek internal yang kini bisa diselesaikan jauh lebih cepat.

“Dulu bikin sistem baru bisa berbulan-bulan, sekarang dengan bantuan AI bisa selesai dalam satu atau dua minggu. Efisiensinya besar sekali,” kata dia.

 

Dalam penerapannya, Donald mencontohkan sejumlah tim di AWS yang berhasil memangkas waktu pengembangan sistem dari berbulan-bulan menjadi hanya satu hingga dua minggu berkat pemanfaatan AI. Selain faktor SDM, ia menilai infrastruktur dan pengalaman menjadi kunci percepatan adopsi teknologi ini.

“Dengan adanya cloud, perusahaan bisa menangkap dan mengolah data dalam hitungan jam dengan biaya rendah. Kalau dulu implementasi data lake butuh enam hingga sembilan bulan, sekarang bisa dilakukan dalam waktu sangat singkat,” katanya.

Donald menambahkan, kemunculan platform seperti ChatGPT tidak lepas dari peran infrastruktur cloud yang masif. Ia juga mendorong perusahaan, termasuk di sektor pertambangan, untuk memanfaatkan layanan cloud guna mempercepat pengembangan sistem berbasis AI.

Ia menyebut tantangan utama dalam adopsi AI terletak pada risiko dan data. Oleh karena itu, Amazon menerapkan strategi bertahap dengan memulai dari proyek-proyek kecil agar karyawan dapat beradaptasi.

“Kalau langsung melompat ke sesuatu yang besar itu sulit. Jadi mulai dari hal kecil sampai seluruh tim terbiasa dengan AI,” kata Donald.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

Reporter: Kamila Meilina