Maskapai penerbangan asal Belanda, KLM, tengah menghadapi tuduhan greenwashing di pengadilan negara kincir angin tersebut. KLM dituduh melakukan greenwashing terkait iklan "Terbang Secara Bertanggung Jawab" dari maskapai penerbangan Belanda tersebut yang dinilai menyesatkan oleh Climate group Fossil Free's (Kelompok Ikim Bebas Bahan Bakar Fosil).
Kelompok tersebut menyeret KLM ke pengadilan untuk memintanya iklan tersebut dihentikan. Mereka berpendapat tidak ada yang namanya terbang secara bertanggung jawab dan KLM harus dilarang membuat pernyataan serupa termasuk referensi untuk menjadi "lebih berkelanjutan". Pasalnya penerbangan merupakan salah satu penghasil emisi terbesar.
“Tiket pesawat adalah produk paling berpolusi yang bisa dibeli oleh konsumen,” kata pengacara Climate group Fossil Free's, Danielle Brouwer, kepada hakim dikutip dari Reuters, Kamis (21/12).
KLM, anak perusahaan Air France-KLM di Belanda, menyatakan bahwa pihaknya tidak menyangkal bahwa emisi merupakan sebuah masalah. Namun mereka berpendapat mempunyai hak untuk mengiklankan perubahan yang mereka lakukan.
“KLM bekerja sangat keras untuk menjadi lebih ramah lingkungan,” kata pengacara Branda Katan, mengutip langkah-langkah seperti pembelian pesawat yang lebih efisien dan rencana untuk mencampurkan lebih banyak biofuel ke dalam minyak tanah yang digunakan sebagai bahan bakar armadanya.
Apa Itu Greenwashing?
Dikutip dari Greennetwork.id, Greenwashing adalah strategi pemasaran atau komunikasi untuk membuat sesuatu tampak berkelanjutan (sustainable). Umumnya, orang-orang mengklaim produk, layanan, atau program mereka berkelanjutan.
Di sisi lain, riset pasar baru-baru ini menemukan bahwa orang-orang bersedia membayar lebih mahal untuk produk dan layanan yang lebih berkelanjutan. Sayangnya, peningkatan kesadaran masyarakat akan perubahan iklim “dimanfaatkan” oleh bisnis dan pemerintah dengan mengklaim produk, layanan, dan program mereka ramah lingkungan.
Regulator dan otoritas periklanan di seluruh Eropa saat ini telah meningkatkan pengawasan terhadap klaim lingkungan hidup perusahaan. Hal itu termasuk penyelidikan terhadap raksasa barang konsumsi Unilever yang diumumkan pekan lalu oleh Otoritas Persaingan dan Pasar Inggris.
Ada beberapa ciri yang mesti kita perhatikan dalam mengenali greenwashing. Berikut beberapa contoh yang paling umum:
- Memakai kata-kata keberlanjutan seperti “alami”, “ramah lingkungan”, dan “hijau” di dalam produk, layanan, atau program. Klaim-klaim semacam itu adalah greenwashing jika tidak memiliki dasar atau bukti.
- Menggencarkan promosi produk, praktik, atau inisiatif berkelanjutan untuk mengaburkan fakta aktivitas berbahaya/jahat di baliknya. Misalnya, perusahaan yang menggunakan kemasan daur ulang namun membuang limbah beracunnya ke sungai; menerapkan praktik ramah lingkungan namun membayar pekerja dengan upah rendah; dan mempromosikan sebuah produk berkelanjutan sementara produk lainnya tetap berbahaya tanpa niat untuk berubah.
- Menggunakan sertifikasi yang bias atau tidak berbasis sains untuk mendukung klaim keberlanjutan.
- Mempromosikan keberlanjutan namun tetap mendorong orang menjadi konsumtif. Berhati-hati terhadap saran gaya hidup, program, atau produk yang mendorong konsumen untuk membeli lebih banyak, bahkan jika produk yang mereka tawarkan lebih ramah lingkungan.
Bukan Hanya KLM
Maskapai penerbangan telah menjadi fokus karena penerbangan adalah industri yang tidak dapat dengan mudah mengurangi emisi karbon. Iklan mengenai upaya ramah lingkungan perlu mencerminkan kenyataan tersebut, kata pihak berwenang.
Otoritas Standar Periklanan Inggris juga telah melarang iklan dari Lufthansa, Air France-KLM dan Etihad setelah dituduh memberikan kesan menyesatkan.
Pada Juni lalu, badan hak konsumen Eropa, BEUC, mengajukan keluhan kepada Komisi Eropa terhadap 17 maskapai penerbangan, dengan mengatakan bahwa mereka menggunakan istilah-istilah seperti “berkelanjutan” dengan cara yang menipu.