Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau 2024 akan mundur. Selain itu, sejumlah wilayah juga akan mengalami musim kemarau di bawah normal atau lebih kering dari biasanya.
"Terdapat sejumlah wilayah yang mengalami musim kemarau di bawah normal," kata Kepala Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam Konferensi Pers Awal Musim Kemarau di Kantor BMKG, Jakarta, Jumat (15/3).
Adapun wilayah yang diprediksi mengalami sifat musim kemarau di bawah normal yaitu:
- Sebagian kecil Aceh
- Sebagian kecil Sumatra Utara
- Sebagian kecil Riau
- Sebagian Kepulauan Bangka belitung
- Sebagian Jawa Timur
- Sebagian Kalimantan Barat
- Sebagian Sulawesi Selatan
- Sebagian Sulawesi Selatan
- Sebagian Sulawesi Tenggara
- Sebagian Sulawesi Tengah
- Sebagian NTT
- Maluku Utara
- Sebagian Papua Barat
- Sebagian Papua Tengah
- Sebagian Papua Selatan.
Sedangkan, wilayah yang diprediksi mengalami sifat musim kemarau di atas normal yaitu sebagian kecil pesisir selatan Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatra Selatan, Lampung, sebagian besar Pulau Jawa, Bali, NTB, NTT, sebagian Kalimantan Barat, sebagian Kalimantan Tengah, sebagian Kalimantan Selatan, sebagian Kalimantan Timur, sebagian kecil Kalimantan Utara, bagian selatan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, bagian utara dari Gorontalo dan Sulawesi Utara, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat dan sebagian besar Papua Selatan.
Dampak Musim Kemarau Lebih Kering
Dwikorita juga menyampaikan sejumlah rekomendasi kepada pemerintah dan masyarakat untuk menghadapi musim kemarau 2024. Pemerintah dan seluruh masyarakat harus lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau bawah normal.
Dia mengatakan, wilayah tersebut diprediksi dapat mengalami peningkatan risiko bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, dan kekurangan sumber air.
"BMKG merekomendasikan pemerintah daerah melakukan penyimpanan air pada akhir musim hujan ini untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya di masyarakat melalui gerakan memanen air hujan," ujarnya.
Musim Kemarau Mundur
BMKG juga memprediksi musim kemarau tahun 2024 di sebagian besar wilayah Indonesia mundur dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Adapun puncak musim kemarau 2024 diprediksikan terjadi di bulan Juli dan Agustus 2024.
Dwikorita mengatakan awal musim kemarau itu terjadi seiring aktifnya angin timuran atau Monsun Australia di bulan keempat. Namun, jika dibandingkan rerata klimatologisnya, awal musim kemarau tahun ini diprediksi mundur.
"Jika dibandingkan terhadap rerata klimatologisnya 30 tahun terakhir periode 1991 hingga 2020, maka awal musim kemarau 2024 di Indonesia diprediksi akan mundur," ucapnya.
Sementara El Nino masih akan terjadi hingga awal Maret 2024. Setelah triwulan ketiga (Juli-Agustus-September) 2024 berpotensi beralih menjadi La Nina lemah. Sementara itu, kondisi Indian Ocean Dipole (IOD) diprediksi akan tetap netral setidaknya hingga September 2024.
Sedangkan kondisi suhu muka laut di Indonesia, diprediksikan berada dalam kondisi yang lebih hangat, dengan kisaran +0.5 hingga +2.0 derajat celcius lebih hangat dari kondisi normalnya.