Kolaborasi riset Indonesia dan Australia mendorong pengelolaan limbah secara swadaya oleh masyarakat di sekitar daerah aliran sungai (DAS) Citarum, Jawa Barat. Riset yang didukung KONEKSI ini bertujuan mempelopori solusi pengelolaan limbah berkelanjutan di DAS Citarum.
Diego Ramirez-Lovering dari Monash University, salah satu peneliti utama riset tersebut, mengatakan inisiatif riset Indonesia-Australia ini diharapkan menjadi percontohan untuk DAS lainnya.
“Dengan menyatukan sektor akademis, komunitas, pemerintah, dan industri dalam sebuah siklus kolaboratif sains-ke-aksi, pendekatan yang didorong oleh kemitraan ini berhasil mengubah penelitian menjadi tindakan nyata,” ujar Ramirez-Lovering, dalam diskusi bertajuk “Towards Evidence Informed Policy and Practice in River Revitalisation: A Citarum Living Lab Showcase,” di kantor Satgas Citarum, Bandung, Rabu (13/11).
Hadir dalam diskusi ini perwakilan Kedutaan Besar Australia, Ria Arief Unit Manager of Knowledge to Partnership Unit dan Gerard Cheong, Sekretaris Utama Infrastruktur.
Riset bertajuk Program Penelitian Aksi Citarum Indonesia-Australia (CARP) itu melibatkan universitas dan lembaga penelitian Indonesia dan Australia. Tim ahli berasal dari Universitas Indonesia, Monash University, Organisasi Sains dan Riset Industri Australia (CSIRO), Yaksa Pelestari Bumi Berkelanjutan (YPBB), dan pemangku kepentingan utama lainnya. KONEKSI yang merupakan Knowledge Partnership Platform Australia-Indonesia juga terlibat dalam riset ini.
Mengatasi Tantangan Iklim Lewat Praktik Ekonomi Sirkular
Rekomendasi riset ini diharapkan menjadi solusi dalam mengatasi tantangan lingkungan dan iklim yang kritis melalui praktik ekonomi sirkular yang inovatif. Proyek CARP menerapkan pendekatan kolaboratif dan berbasis masyarakat dengan membangun "laboratorium hidup" sebagai percontohan berbasis desa untuk mendidik, melatih, dan membangun kapasitas dalam praktik pengelolaan limbah berkelanjutan.
“Model laboratorium hidup memberdayakan masyarakat dan menyatukan ilmu pengetahuan, teknologi, dan pengetahuan lokal untuk solusi jangka panjang yang efektif,” kata Dr. Reni Suwarso dari Universitas Indonesia, salah satu peneliti riset tersebut.
Penelitian kolaboratif ini merupakan bagian dari upaya yang lebih besar untuk beralih ke ekonomi sirkular demi mengurangi polusi. Selain itu, inisiatif CARP akan meningkatkan kehidupan masyarakat rentan yang bergantung pada sistem sungai untuk air dan mata pencaharian.
Inisiatif CARP menekankan kekuatan kemitraan, yang menggabungkan kepakaran Australia dan Indonesia di bidang teknik, ilmu sosial, dan pengelolaan lingkungan untuk menciptakan solusi yang dapat implementasikan dalam skala yang lebih besar dan berkelanjutan.