Kasus Pneumonia Berpotensi Turun 86% Jika BBM Standar Euro 4 Diterapkan

ANTARA FOTO/Rina Nur Anggraini/Ak/foc.
Dokter spesialis anak menjelaskan soal kondisi paru-paru anak saat mengidap pneumonia di RSAB Harapan Kita, Jakarta, Rabu (20/12/2023).
19/11/2024, 16.09 WIB

Kasus pneumonia berpotensi turun 86 persen jika pemerintah menerapkan bahan bakar minyak (BBM) rendah sulfur yang sesuai dengan standar Euro 4. Penggunaan BBM tinggi sulfur menyebabkan kandungan particulate Matter (PM) 2.5 di udara meningkat sehingga berpotensi memicu penyakit pernapasan hingga jantung.

Ketua Research Centre for Climate Change Universitas Indonesia (RCCCUI), Budi Haryanto, mengatakan telah melakukan penelitian dampak polusi udara pada kasus peradangan paru-paru atau pneumonia. Berdasarkan hasil penelitiannya, setiap peningkatan 15 mikrogram per meter kubik PM 2.5, akan meningkatkan 20 persen kasus pneumonia.

"Peningkatan Pneumonia cukup besar ditemukan pada data 2018-2023," ujar Budi dalam Launching Studi AQ Marves, di Jakarta, Selasa (19/11).

Sebagaimana diketahui, PM 2.5 mengacu pada materi partikulat atmosfer atau particulate matter (PM). PM 2.5 adalah polutan udara yang berukuran sangat kecil, sekitar 2,5 mikron (mikrometer). Diameter partikel ini lebih kecil daripada 3% diameter rambut manusia.

Selain pneumonia, setiap peningkatan 15 mikrogram per meter kubik PM 2,5 akan meningkatkan gangguan chronic obstructive pulmonary disease atau penyakit paru obstructive kronis (PPOK) sebesar 27 persen.

"Peningkatan PM2,5 sebanyak 15 mikrogram akan meningkatkan 37 persen penyakit jantung. Ini sangat besar. Kita harus konsentrasi terhadap hal ini kalau tidak cepat-cepat dilakukan pengendalian serius dampaknya," ucapnya.

Oleh sebab itu, Budi menilai pemerintah perlu segera menerapkan BBM rendah sulfur. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menargetkan penggunaan bahan bakar dengan kandungan sulfur dibawah 50 PPM akan diterapkan secara bertahap hingga 100 persen pada 2028.

Budi mengatakan, penggunaan BBM rendah sulfur diharapkan dapat menekan kasus penyakit yang disebabkan akibat polusi udara secara signifikan.

"Pada 2030, kalau kita bandingkan bisa terjadi 86 persen penurunan kasus pneumonia. Itu kalau (BBM rendah sulfur) memang diterapkan empat tahun sesuai dengan skenario," ucapnya.

Reporter: Djati Waluyo