KLHK Dorong Masyarakat untuk Pilah Sampah Rumah Tangga

ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/hp.
Ilustrasi. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mendorong masyarakat untuk memilah sampah rumah tangga.
Penulis: Sorta Tobing
18/2/2021, 14.25 WIB

Isu sampah menjadi tantangan besar Indonesia. Kepala Sub Direktorat Barang dan Kemasan Direktorat Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Ujang Solihin Sidik menyebut setiap tahun negara ini memproduksi sekitar 67,8 juta ton sampah.

Jumlahnya akan bertambah seiring pertumbuhan jumlah penduduk. Karena itu, perlu pendekatan pengelolaan sampah berkelanjutan, melalui ekonomi sirkular atau circular economy. Berbagai pihak harus terlibat dalam kegiatan ini, dari produsen hingga konsumen. 

Masyarakat dapt memulainya dengan memilah sampah sampah rumah tangga. “Ketika berbicara soal kompos, zero-waste, semua berawal dari pemilahan,” kata Ujang dalam acara Sprite #LihatDenganJernih, Kamis (18/2/2021).

Kesadaran masyarakat di Indonesia untuk mendaur ulang sampah tergolong rendah. Berdasarkan Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2018 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), hanya 1,2% rumah tangga yang mendaur ulang sampahnya.

Sekitar 66,8% rumah tangga menangani sampah dengan cara dibakar. Padahal, asap yang ditimbulkan dari hasil pembakaran bisa menimbulkan polusi udara dan mengganggu kesehatan. Sebanyak 32% rumah tangga memilih cara lain untuk menangani sampahnya.

Seiring dengan itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menargetkan kapasitas pengolahan sampah pada 2025 dapat mencapai 100%. Target masyarakt yang memilahnya, terutama jenis sampah plastik, mencapai 50%. 

Pemerintah juga sedang membuat peta jalan pengelolaan sampah untuk mendorong perekonomian. Roadmap ini disusun bersama Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian.

Harapannya, produk serapan barang daur ulang dan pemenuhan bakan bakunya dapat 100% dari dalam negeri. “Kami sedang memperbaiki kekurangannya, terutama dalam hal pengumpulan dan pemilahan agar daya serapnya semakin tinggi,” ujarnya. 

Pengelolaan sampah, menurut dia, dapat menjadi penggerak roda perekonomian Indonesia. “Data Badan Pusat Statistik 2020 menunjukkan, sektor ini tumbuh positif saat pandemi Covid-19,” ucap Ujang. 

Kemasan Baru Botol Sprite

Untuk mendukung keinginan pemerintah, PT Coca-Cola Indonesia memproduksi kemasan botol Sprite yang mudah didaur ulang. Warna hijau yang menjadi ikon produk tersebut kini berganti menjadi botol bening. 

Direktur Public Affairs, Communications and Sustainability Coca-Cola Indonesia Triyono Prijosoesilo menyebut langkah ini dapat mengurangi masalah sampah plastik di Indonesia. “Efek dari botol hijau ke bening adalah mempermudah proses daur ulang,” ujarnya.

Selain itu, botol plastik transparan memiliki nilai ekonomi lebih tinggi di tingkat pemulung. “Kegunaan botol-botol bening pada saat didaur ulang pun lebih banyak,” kata Triyono.  

Untuk material kemasan baru itu tidak ada perubahan. Coca-Cola tetap memakai material polyethylene terephthalate (PET) yang memiliki nilai ekonomi. Material ini juga gampang dibentuk, ringan, mudah didaur ulang, dan dapat menjaga kualitas produk. 

Reporter: Antara