EWP Kaji Potensi Gas Suar Pertamina untuk EBT

Pertamina
Head of Business Development EWP Maryann Locka (kiri) menandatangani nota kesepahaman studi kelayakan pemanfaatan gas suar Pertamina pada COP28 di Dubai, UEA, Selasa (5/12/2023). Sesi itu dilakukan bergantian dengan VP Facility Engineering PHR Erwin Sinisuka yang juga menandatangani dokumen yang sama.
Penulis: Hanna Farah Vania - Tim Publikasi Katadata
14/12/2023, 14.05 WIB

PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) bekerja sama dengan Earth Wind & Power (EWP) melakukan studi kelayakan tentang pemanfaatan flare atau gas suar. Keduanya telah menandatangani nota kesepahaman di sela Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim PBB 2023 atau Conference of the Parties (COP) 28 di Dubai, Uni Emirat Arab.

Vice President Facility Engineering PHR Erwin Sinisuka mengatakan, studi kelayakan ini dilakukan untuk meneliti potensi transformasi limbah menjadi barang dengan nilai tambah. Gas suar yang merupakan limbah proses pembakaran dapat ditangkap dan diolah menjadi energi baru dan terbarukan (EBT).

Dalam kerja sama ini, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) turut terlibat.

“Lokasi studi kelayakan akan dilaksanakan di wilayah kerja PHR dan beberapa area Region 1 di wilayah Hulu Pertamina,” kata Erwin di Paviliun Norwegia pada COP28, ditulis Kamis (14/12). Sementara itu, PHR bakal menyediakan lokasi ekstraksi gas suar. “Ini akan menjadi pionir, karena akan menjadi batu loncatan untuk Pertamina mengembangkannya di wilayah lain yang lebih luas,” imbuhnya.

Upaya dekarbonisasi dan pemanfaatan EBT ini merupakan peluang besar bagi Pertamina Group, sebab wilayah kerja Pertamina di Sumatra memiliki ladang minyak yang besar dan sudah matang. Dengan kematangan tersebut, banyak gas suar yang dihasilkan di permukaan, sehingga cocok untuk lokasi penelitian.

Potensi pengolahan limbah menjadi EBT dan capaian dekarbonisasi baru akan terlihat setelah studi kelayakan selesai dilakukan. Hal ini juga akan memengaruhi kesepakatan pengerjaan proyek selanjutnya.

Head of Business Development EWP Maryann Locka mengatakan, gas suar adalah sumber daya yang baik dan harus dimanfaatkan. “Gas suar perannya sangat penting dan harus segera dikurangi untuk mendukung dekarbonisasi,” ujarnya. Menurut Maryann, pemanfaatan gas suar cenderung aman, karena tidak menggunakan teknologi yang berisiko tinggi.

Ke depannya, EWP akan melihat detail teknis untuk menimbang seberapa banyak tenaga listrik yang perlu dipersiapkan. Maryann berharap, proyek ini dapat menunjukkan sebesar apa nilai dari pemanfaatan gas yang dapat dimaksimalkan dan tenaga bahan bakar yang akan dibuat.

“Itulah hal-hal teknis yang akan kami perlihatkan ke Pertamina, dan mereka yang akan mempertimbangkan keputusan yang diambil berdasarkan perhitungan tersebut,” tutur Maryann.

Dalam sesi penandatanganan tersebut, turut hadir Menteri Minyak Bumi dan Energi Norwegia Terje Aasland dan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jisman P. Hutajulu.

Kerja sama ini menarik minat Norwegia untuk turut memanfaatkan gas suar. “Saya mendoakan yang terbaik untuk kerja sama ini, semoga teknologi, studi kelayakan, dan proyeknya berjalan lancar,” ucap Assland.