Realisasi Energi Terbarukan Masih Rendah, Kebutuhan Investasi Capai Rp 1.500 T

Katadata/Fauza Syahputra
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenkomarves Rachmat Kaimuddin saat menyampaikan keynote speech dalam gelaran SAFE 2024 di Jakarta pada Kamis (8/8).
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti
8/8/2024, 12.01 WIB

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi mencatat potensi energi baru terbarukan atau EBT di dalam negeri mencapai 3.637 gigawatt. Namun EBT yang saat ini diproduksi baru mencapai 7 gigawatt atau sekitar 0,2% dari potensi EBT nasional.

Pemerintah pun memperkirakan, pengembangan EBT di dalam negeri masih membutuhkan investasi mencapai US$ 94,6 miliar atau Rp 1.523,06 triliun pada 2030. Jika potensi investasi terealisasi, Indonesia dapat menjadi pengekspor EBT di Asia Tenggara.

"Harapan kami ke depan, Indonesia bukan hanya eksportir energi fosil, tapi juga bisa energi hijau," kata Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin dalam Katadata SAFE 2024, Kamis (8/8).

Potensi EBT terbanyak berasal dari tenaga surya yang mencapai 3.286 gigawatt. Capaian tersebut diikuti oleh angin senilai 155 gigawatt, dan air senilai 95 gigawatt.

Rahmat menilai peningkatan produksi EBT di dalam negeri dapat menjadi peluang bisnis. Sebab, total investasi EBT yang dibutuhkan pada 2030 senilai US$ 19,7 miliar, sementara itu peluang investasi dalam konstruksi jaringan listrik EBT tersebut adalah US$ 74,9 miliar.

Walau demikian, Rahmat mencatat emisi per kapita di dalam negeri pada 1998 sampai 2022 hanya 1,8 ton per tahun atau 40% dari rata-rata emisi per kapita global.

Ia menyebut, kontributor emisi tertinggi adalah Amerika Serikat yang mencapai 18,2 ton per kapita. Rahmat mencatat hanya dua negara dengan emisi per kapita di bawah rata-rata global, yakni Indonesia dan India yang hanya 1,4 ton per tahun.

"Indonesia bukan yang membuat krisis iklim hari ini terjadi. Hari ini, emisi gas rumah kaca kita masih relatif kecil," katanya.

PT Pertamina menargetkan investasi pada 2030 untuk sektor energi terbarukan atau renewable energy mencapai 56%. VP Sustainability Program Rating Engage PT Pertamina Indira Pratyaksa mengatakan target ini untuk mendukung terwujudnya target Net Zero Emission 2060.

Indira menyampaikan portofolio investasi energi fosil akan dibatasi pada posisi 44%. Menurutnya, 56% investasi pertamina akan diletakkan pada industri petrokimia dan EBT.

Meski menargetkan pada 2030, Indira menyebut usaha Pertamina untuk mencapai target tersebut sudah mulai dilakukan saat ini.

“Kami sudah agresif mengarah kesana karena memang tuntutan untuk mempercepat sustainability ini bukan hanya dilakukan sekarang, tapi kalau bisa sejak kemarin,” kata Indira dalam acara Sustainability Action for the Future Economy atau Katadata SAFE 2024 di Grand Ballroom Hotel Kempinski, Rabu (7/8).


Reporter: Andi M. Arief