4 Provinsi Berpotensi Alami Suhu Panas di 2025

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Warga menghalau sinar matahari dengan tangannya saat melakukan aktivitas di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Selasa (22/10/2019).
6/11/2024, 10.33 WIB

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan beberapa wilayah Indonesia akan mengalami kenaikan suhu pada 2025.

Sebelumnya, Indonesia juga sudah merasakan cuaca panas selama Oktober 2024, terutama di wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, akibat minimnya awan dan pergerakan semu Matahari.

Menurut keterangan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam Konferensi Pers: Climate Outlook 2025 secara daring pada Senin (4/11), suhu rata-rata bulanan di Indonesia diprediksi mengalami kenaikan anomali sebesar 0,3 hingga 0,6 derajat Celsius pada Mei hingga Juli 2025. Kondisi ini membuat suhu secara rata-rata lebih hangat 0,4 derajat Celsius.

Terkait potensi kenaikan suhu pada 2025 tersebut, Dwikorita meminta masyarakat yang tinggal di sejumlah wilayah agar mewaspadai kenaikan temperatur.

Lantas, wilayah mana saja yang mengalami kenaikan suhu panas 2025

Wilayah yang Mengalami Panas tinggi di 2025 (instagram/@infobmkg)

Wilayah yang Mengalami Panas tinggi di 2025

Berikut ini empat wilayah yang mengalami panas tinggi di 2025:

  • Sumatera Bagian Selatan
  • Jawa
  • Nusa Tenggara Barat
  • Nusa Tenggara Timur

Dwikorita juga menyampaikan bahwa tidak ada anomali iklim sepanjang tahun 2025. Hal ini dikarenakan kondisi El Nino-Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) berada dalam kondisi netral sepanjang 2025. Adapun kondisi La Nina diprediksi berlangsung lemah hingga awal 2025.

Dwikorita mengungkapkan bahwa berdasarkan dinamika atmosfer dan laut tersebut, BMKG memperkirakan sebagian besar wilayah Indonesia juga akan memiliki curah hujan tahunan dalam kategori normal, berkisar antara 1.000 hingga 5.000 mm per tahun.

Secara klimatologis, suhu panas pada April di wilayah Asia terjadi karena pengaruh gerak semu matahari. Namun, menurut BMKG, lonjakan panas di wilayah sub-kontinen Asia Selatan, kawasan Indocina dan Asia Timur pada 2023 termasuk yang paling signifikan.