Bank DBS Indonesia menyiapkan dana hibah mencapai 250 ribu dolar Singapura atau setara Rp 3 miliar bagi UMKM yang mampu memberikan dampak perubahan. Pendaftaran program DBS Foundation Grant ini berlangsung pada 15 Juli hingga 15 Agustus 2024.
Head of Group Strategic Marketing & Communications PT Bank DBS Indonesia Mona Monika mengatakan, dana hibah akan diberikan untuk wirausaha sosial dan UKM yang menghadirkan solusi inovatif untuk membantu menciptakan dunia yang lebih inklusif dan membawa perubahan bagi masyarakat yang rentan di Asia.
"Pemberian dana hibah ini merupakan program kerja dari pilar ketiga yaitu Impact Beyond Banking," ujar Mona saat ditemui di Bandung, Rabu (24/7).
Selain pemberian dana hibah, Bank DBS Indonesia juga akan menggabungkan UMKM atau wirausaha sosial yang terpilih ke dalam ekosistem bank. Mereka akan masuk dalam sistem implementasi pengadaan barang yang bertanggung jawab atau Sustainable Procurement sebagai bagian dari pilar ke dua yaitu Responsible Business Practice.
Ia memastikan, Bank DBS Indonesia juga secara aktif membantu proyek berbasis Environment, Social, and Governance (ESG). Salah satunya dengan memberikan pendanaan jangka pendek senilai Rp500 miliar kepada eFishery, perusahaan startup aquatech pertama Indonesia di Asia pada Oktober 2022.
"Dana ini digunakan oleh eFishery untuk memperluas bisnisnya dan sekarang mampu meningkatkan penjualan hasil panen peternak hingga dua kali lipat serta kini hadir di 280 kota/kabupaten di Indonesia. Selain itu, eFishery juga telah mengekspor udang dan ikan nila ke Amerika Serikat," ujarnya.
Pemenang Hibah
Penerima hibah dalam program sebelumnya adalah perusahaan rintisan atau startup asal Bandung, Mycotech Lab (MYCL). Mereka berhasil mendapatkan dana sebanyak dua kali pada 2016 dan 2018.
MYCL memiliki misi untuk mengurangi limbah pertanian dan menjaga kelestarian ekosistem dalam pengelolaan limbah.
Founder & CEO MYCL Adi Reza Nugroho mengatakan, MYCL berhasil mengolah 500.000 kg limbah pertanian per tahun sebagai bahan baku, mengurangi limbah akhir sebesar 73.974 kg per tahun, dan mengurangi emisi karbon sebesar 64.184,88 tCO2-e.
"Kini MYCL berhasil mengembangkan produk ramah lingkungan berbasis jamur untuk fesyen dan bangunan, yaitu Biobo dan Mylea," ujar Adi.
Adi mengatakan, pendanaan ini memungkinkan MYCL meningkatkan kapasitas produksi dari 100 sqft per tahun menjadi 10.000 sqft per tahun.
Selain itu, MYCL juga memperluas jangkauan ke pasar global ke 48 negara dan menampilkan karya kami di Paris Fashion Week 2024 dalam kolaborasi bersama Doublet, sebuah merek pakaian asal Jepang.
"Semua ini kami lakukan dengan ‘spark’ untuk mengurangi limbah pertanian, mengurangi emisi karbon, serta menghemat penggunaan air demi kelestarian ekosistem," ujarnya.