Pandemi Covid-19 yang menjangkiti Indonesia sejak Maret 2020 justru menjadi amunisi bagi industri kesehatan memacu bisnisnya. Pelayanan pun ditingkatkan, seperti Rumah Sakit Hermina yang memiliki spesialisasi pelayanan kesehatan untuk ibu dan anak.
Rumah sakit yang bergerak di bawah PT Medikaloka Hermina ini berhasil menambak untung selama pandemi Covid-19. Salah satu rumah sakit ibu dan anak terbesar di Indonesia ini membukukan kinerja positif, disertai naiknya harga saham hingga 54 % dalam setahun terakhir.
Lima Dekade Lebih RS Hermina Hadir
Rumah Sakit Hermina didirikan oleh Hermina Sulaiman pada 1967 dengan nama Rumah Bersalin Djatinegara. Kala itu, rumah sakit ini hanya memiliki kapasitas tujuh tempat tidur. Sesuai namanya pula, rumah sakit ini beralamat di Jl. Raya Jatinegara Barat No. 126, Jakarta Timur.
Selang tiga tahun berdiri, nama rumah sakit ini berubah. Saat itu, Hermina Sulaiman bekerja sama dengan seorang dokter spesialis kebidanan dan kandungan, Budiono Wibowo. Dari perkongsian tersebut, nama Rumah Bersalin Djatinegara berganti menjadi Rumah Bersalin Hermina pada 1970, dengan kapasitas pasien naik menjadi 13 tempat tidur.
Pada 1983, Yayasan Hermina berdiri dan berlanjut hingga ke pengajuan izin untuk mendirikan rumah sakit. Singkat cerita, pada 25 April 1985 berdirilah Rumah Sakit Bersalin Hermina, hingga sekarang. Empat tahun berselang, status Rumah Sakit Bersalin ini naik menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak.
Dalam perkembangannya, Hermina mengubah status yayasan nirlaba menjadi korporasi dengan nama PT Medikaloka Hermina (MH) pada 1999. Medikaloka Hermina pun berhasil membuka rumah sakit pertama di luar jawa, yaitu di Palembang pada 2011. Untuk meningkatkan pelayanan, Medikaloka Hermina mendirikan Hermina Tower di Kemayoran, Jakarta Pusat dan mulai beroperasi pada 2016.
Kerap melancarkan ekspansi, hingga 30 September 2020 Medikaloka Hermina tercatat sudah memiliki 38 rumah sakit yang tersebar di 25 kota di Indonesia. Kapasitasnya 4.745 tempat tidur. Sebaran rumah sakit juga terbagi ke dalam dua tipe.
Delapan di antara rumah sakit milik Medikaloka Hermina merupakan Rumah Sakit Umum (RSU) Tipe B dan 30 lagi berstatus RSU Tipe C. Untuk RSU Tipe B berdiri di setiap ibukota provinsi yang menampung rujukan dari RS kabupaten. Adapun RS Pendidikan yang tidak termasuk tipe A dapat diklasifikasikan sebagai RSU Tipe B.
Sedangkan RSU Tipe C berada setingkat di bawah RSU B. Rumah sakit Tipe C berdiri di kota atau kabupaten sebagai fasilitas kesehatan (faskes) tingkat dua. RSU ini dapat menampung rujukan dari faskes tingkat satu yaitu puskesmas, poliklinik, atau dokter pribadi.
Medikaloka Hermina Melayani Ibu dan Anak
Lahir dengan nama Rumah Bersalin, RS Hermina kini unggul dalam pelayanan kesehatan untuk ibu dan anak. Klaim ini didasarkan pada analisa Frost & Sullivan’s. Di antara jaringan rumah sakit multi-spesialisasi swasta, Hermina memiliki layanan terbanyak di segmen ibu dan anak.
Dilansir dari paparan publik Medikaloka Hermina November 2020 lalu, layanan unggulan pada sub-spesialis obstetri dan ginekologi (kebidanan dan kandungan) mereka adalah layanan fetomaternal dan fertilitas.
Dilansir dari Alodokter, fetomaternal berfokus pada deteksi dan diagnosis kelainan pada fetal (janin) dan maternal (ibu). Oleh karena itu, dokter fetomaternal dapat melakukan pemeriksaan, deteksi dini, dan penanganan jika bayi mengalami kelainan genetik, gangguan pembentukan organ atau cacat bawaan lahir, meninggal dalam kandungan, atau lahir prematur.
Sementara itu, pada sub-spesialis pediatrik (anak), layanan unggulan RS Hermina yakni perinatologi, Neonatal Intensive Care Units (NICU) dan Pediatric Intensive Care Units (PICU). Dokter spesialis perinatologi khusus melayanani bayi berusia 0-28 hari (neonatus) dengan kondisi kesehatan kritis, misal karena lahir prematur atau memiliki cacat lahir.
Selain layanan ibu dan anak, RS Hermina juga menawarkan layanan rehabilitasi medik, gigi spesialistik, bedah, penyakit dalam, kardiovaskular, diagnostics dan rangkaian spesialisasi lainnya.
Adapun upaya Medikaloka Hermina untuk menghadapi pandemi Covid-19, salah satunya dengan menambah kapasitas tempat tidur. Pada Juni 2021 Hermina menyiapkan 1.500 tempat tidur, kemudian bertambah menjadi 2.300 tempat tidur seperti dilansir dari Bisnis.com.
Sementara itu, per Maret 2021, Hermina tercatat memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 5.277 unit. Managing Director, Finance and Strategic Development PT Medikaloka Hermina, Aristo Setiawidjaja menyatakan, Hermina sebagai jaringan rumah sakit terbesar di Indonesia ini berkat banyaknya kapasitas tempat tidur yang tersebar di Indonesia.
Di samping itu, Medikaloka Hermina juga mengusung model bisnis doctor partnership. Dengan model ini, rumah sakit dapat menerima permintaan dari dokter untuk bekerja sama melakukan pengembangan rumah sakit baru, baik pembangunan rumah sakit baru ataupun akuisisi.
Berdasarkan model bisnis yang dijelaskan dalam paparan publik, RS Hermina memulai bisnis rumah sakit dengan kapasitas yang lebih kecil, sekitar 50 tempat tidur dan direncanakan akan tumbuh hingga 150 tempat tidur dalam 5-7 tahun. Model ini memungkinkan rumah sakit Medikaloka Hermina menggunakan modal awal yang rendah dan mempercepat pemasaran di daerah baru.
Kinerja Saham Medikaloka Hermina HEAL
Saham Medikaloka Hermina sudah melantai di Bursa Efek Indonesia sejak Mei 2018. Saat itu, harga perdana saham yang ditawarkan kepada publik senilai Rp 3.700 per saham. Dari total 351,3 juta lembar saham yang ditebar, HEAL berhasil mengantongi dana Rp 1,3 triliun.
Melansir RTI, pergerakan saham HEAL per Selasa (30/11) ditutup hijau alias naik 1,02 % di level Rp 990 per saham dibandingkan perdagangan hari sebelumnya. Adapun total kapitalisasi pasar HEAL saat penutupan berada di level Rp 14,74 triliun.
Dalam tiga bulan terakhir, harga saham HEAL masih berjuang di zona merah, dengan mencatatkan penurunan 14,66 %. Namun, jika merunut waktu yang lebih panjang, saham HEAL dalam setahun terakhir masih mencatatkan kenaikan 53,7 %. Dalam setahun terakhir harga saham HEAL bergerak pada rentang Rp 644 per saham hingga Rp 1.285 per saham.
Hingga Oktober 2021, saham HEAL sebagian besar dikuasai publik, yakni sekitar 35,1 % atau sebanyak 5,2 miliar lembar saham. Adapun dua pemegang saham pengendali terbesar HEAL adalah Yulisar Khiat (11%), dan Non Widjaja Kusuma. Yulisar diketahui baru saja menambah kepemilikan saham HEAL miliknya menjadi 11,7 %, sedangkan Non Widjaja memiliki 7,29 % saham HEAL.
Selain menjadi pengendali saham HEAL, Yulisar juga merupakan pendiri Rumah Sakit Hermina, bersama dr. Binsar Parasian Simorangkir. Di mana, Binsar memiliki 5,8 % saham HEAL atau sekitar 867,9 juta lembar saham. Selain tiga orang di atas, tercatat juga Lydia Immanuel, Sudarsono, Soepardiman, dan Soedibjo Toeloes sebagai pemegang saham pengendali emiten kesehatan ini.